Minggu, 11 September 2022

Akhir Romansa Tuchel di Tanah Britania

Chelsea kembali melakukan pemutusan hubungan kerja dengan pelatihnya. Headline yang agaknya tidak terlalu mengejutkan ini sempat membuat jagat maya begitu heboh. Trending topik dengan hashtag #TuchelOut telah menggema sejak merosotnya performa Chelsea di awal musim 2022/2023. Menghadapi Everton, Chelsea hanya mampu menang tipis 1-0 itupun berkat gol penalti dari Jorginho.

Pic 1: Chelsea akhiri kerjasama dengan Tuchel

Di minggu kedua menghadapi sesama tim London, Tottenham Hotspur. Chelsea juga begitu kesulitan menembus pertahanan tim asuhan Antonio Conte tersebut, sehingga harus puas dengan berbagi angka. Puncak performa buruk Chelsea, saat bertandang ke markas Leeds United. Juara UCL 2021 itu harus menyerah 3-0 pada tuan rumah, tidak berhenti disana pemain barunya, Koulibaly juga mengantongi dua kartu kuning menjelang babak berakhir.

Semakin hari performa Chelsea menunjukkan grafik penurunan, terlebih barisan belakangnya begitu rapuh setelah hengkangnya Rudiger ke Real Madrid. Dari 6 laga yang dimainkan di Premier League, Chelsea telah kebobolan sebanyak 9 kali. Hal ini menjadi rekor terburuknya selama 10 musim terakhir.

Selain itu, skema andalan Tuchel 3-4-3 dinilai terlalu karatan dan tidak dapat memberikan ruang gerak bagi pemain untuk menunjukkan permainan terbaiknya. Absennya Kante karena cedera juga menjadi alasan menurunnya performa Chelsea. Perebutan bola di lini kedua Chelsea begitu lemah, dengan Jorginho seorang diri tanpa disokong oleh winger yang mumpuni.

Sayangnya pelatih asal Jerman itu masih tutup mata akan potensi yang dimiliki oleh Pulisic dan juga Ziyech. Berbeda dengan Havertz dan Mount, sejak pramusim keduanya sedang tidak dalam performa terbaiknya. Namun Tuchel tetap memercayakan lini depan kepada mereka berdua. Hal ini memunculkan spekulasi mengenai keistimewaan beberapa pemain di bawah asuhan Tuchel.

Pic 2 : Havertz (kiri) dan Mount (kanan) disebut sebagai anak emas Tuchel

Termasuk dengan Mendy, yang dalam beberapa pekan ini kerap melakukan blunder fatal. Sehingga menyebabkan Chelsea kehilangan poin penting. Hingga di pekan ke enam tim London Biru harus puas berada di posisi ke 6 dengan 10 poin, tertinggal 5 angka dari Arsenal sebagai pemuncak klasemen sementara.

Trueblue, sebutan fans Chelsea masih menaruh harapan tinggi pada Tuchel untuk bisa kembali membawa kejayaan di ajang Liga Champions. Sayangnya harapan tersebut harus pupus di pertandingan pertama, melawan tuan rumah Dinamo Zagreb. Dipasangnya 2 pemain anyar yang bergabung di detik terakhir transfer window Aubameyang dan Fofana, nyatanya tak memberikan perubahan signifakan. Bahkan Chelsea harus rela kebobolan lebih awal di menit ke-13 oleh Mislav Orsic dan mengakhiri laga dengan kekalahan 1-0.

Hasil inilah yang semakin membulatkan tekad sang pemilik baru, Todd Boehly untuk mengakhiri romansa Chelsea dengan Tuchel. Bahkan terdengar kabar bahwa pemecatan mantan pelatih PSG itu telah diumumkan  sejak Rabu pagi, sebelum Chelsea melaksanakan pertandingan pertama UCL musim ini. Pemecatan ini juga karena Tuchel dinilai bukan orang yang tepat untuk memimpin skuad Chelsea di era yang baru.

Seperti yang banyak orang tahu, bahwa kubu Chelsea ini telah didera masalah sejak tahun lalu akibat status warga negara sang pemilik yang saat itu masih dipegang oleh Roman Abramovich. Taipan asal Rusia ini pernah menjabat sebagai Gubernur Chukotka dan merupakan kerabat Vladimir Putin. Kedekatan tersebut tentunya berimbas pada segala aspek yang dimiliki Roman, terlebih saat pecahnya konflik atas Rusia dan Ukraina di awal tahun 2022 ini. Seperti yang diketahui beberapa negara Eropa menyuarakan pembelaannya terhadap Ukraina dan melakukan boikot terhadap Rusia.

Bahkan sebelum itu, diketahui Roman telah menjual beberapa asetnya di London sebelum pemerintah turun tangan untuk melakukan pembekuan. Pria berusia 55 tahun itu bahkan sudah jarang menampakkan dirinya di Stamford Bridge untuk mendukung Chelsea, karena terus mendapat pengawasan dari pemerintah Inggris. Puncaknya, Roman harus melepas aset berhaga terakhirnya di Inggris kepada pemerintah.

Seiring dengan pamitnya Roman, muncullah sosok baru dari Amerika Serikat Todd Boehly yang mengakuisisi Chelsea. Bos baru dan tradisi baru, seperti itulah kiranya. Sehingga Chelsea harus kembali menyesuaikan diri dengan jajaran manajemen yang baru. Banyak orang kepercayaan Roman yang telah memberikan kontribusinya untuk Chelsea turut hengkang.

Sebut saja Marina Granovskaia, sosok wanita cantik yang memegang peran penting antara Chelsea dan sponshorship. Bukan hanya itu, wanita keturunan Rusia – Kanada itu juga merupakan negosiator handal dalam keputusan penjualan maupun pembelian pemain Chelsea. Dibantu oleh mantan kiper nomor satu Chelsea, Petr Cech keduanya menciptakan tim solid bagi Chelsea dalam kurun waktu 3 tahun terakhir.

Hengkangnya 2 orang tersebut, begitu terasa di awal msim 2022/2023 bagi Chelsea yang dianggap tidak lagi seksi oleh beberapa pemain bintang. Kalimat I Want It, I Get It kini tak lagi bisa diterapkan di era Boehly. Bahkan beberapa kali Chelsea ditikung oleh Barcelona untuk mendapatkan Lewandowski, Kounde, dan Rapinha. Nama-nama yang datang ke Stamford Bridge ini bukanlah pilihan utama, sehingga Tuchel pun tak bisa berbuat banyak untuk menyusun formasi terbaik.

Terdengar kabar bahwa kini Tuchel mendapatkan keistimewaan yang tak diharapkan untuk berhadapan langsung dengan Boehly. Hal tersebut sama sekali tidak membuatnya nyaman karena harus memecah fokusnya memimpin tim di lapangan. Sedangkan Chelsea masih kesulitan menemukan pengganti Marina dan Cech. Bukan tanpa usaha, mantan direktur olahraga Liverpool, Michael Edward telah disodori tawaran menggiurkan, namun ditolak mentah-mentah.

Kemelut yang dialami Chelsea ini bukan hanya terjadi di lapangan saja, namun juga dalam jajaran manajemennya yang masih menyesuaikan satu sama lainnya. Hal ini tentu memengaruhi segala aspek hingga menjadi penyebab menurunnya performa. Beberapa hasil buruk yang didapat juga menurunkan tingkat kepercayaan pemain terhadap Tuchel. Selain itu, fans juga terpecah menjadi dua kubu sebagai pendukung Tuchel atau pendukung manajemen. Mengingat apa yang telah dilakukan pelatih Jerman itu membawa Chelsea pada kejayaan dalam waktu singkat dengan 3 trofinya.

Sayangnya semua keputusan kini ada pada sang pemilik baru, Todd Boehly dengan segala rencananya membawa Chelsea pada era baru. Era yang berbeda saat masih dipegang Roman, dengan tradisi pergantian pelatih tidak lebih dari tiga musim. Boehly berkelakar akan mencarikan ganti Tuchel dengan pelatih yang bisa untuk jangka panjang. Hanya dalam kurun waktu 1 hari saja, Graham Potter telah melakukan kesepakatan untuk menjadi pelatih Chelsea. Pelatih Brighton itu ditebus dengan harga 15 juta pound dari Brighton (buy out clause) dan kontrak senilai 60 juta pounds (12 juta per tahun setara 206 milyar).

Harga tersebut sekaligus mengukuhkan nama Potter sebagai pelatih dengan bayaran paling tinggi di Premier League musim ini. Bergabungnya Potter merupakan indikasi pertama dimulainya Chelsea Era Baru, dilanjutkan dengan mundurnya Boehly dari kursi Direktur Olahraga sementara. Serta beberapa tim pelatih Potter juga akan segera merapat ke Stamford Bridge.

Sebelum resmi menyambut Potter, patutnya kita mengucap terima kasih dan salam perpisahan manis untuk Tuchel. Bagaimanapun juga, romansa singkat antara Chelsea dan Tuchel telah menghadirkan 3 trofi yaitu Champions League, Super Cup dan Piala Dunia Antar Klub. Thank You The Gaffer!!!

Pic 3: Tuchel sukses beri Chelsea trofi UCL keduanya

Pic 4: Sukses raih trofi Piala Dunia Antar Klub pertama untuk Chelsea


 

Kamis, 31 Mei 2018

Coklat Panasku Telah Hambar



Tulisan kali ini hanyalah sekelumit tentang ungkapan hati yang terasa begitu perih. Aku mengambil sebuah perumpamaan secangkir coklat panas, membayangkan aromanya yang khas dengan kepulan asap semakin menggugah selera untuk mencicipinya. Paduan rasa pahit dan manis coklat tidak akan membuat lidah bosan mengecap.

Semua akan terasa nikmat saat racikannya pas. Begitupula dengan si penikmat yang mampu menentukan kapan saat yang tepat untuk menyesapnya. Saat terlalu panas, minuman tersebut akan melukai indera perasa dan membuatnya mati rasa. Saat coklat panas tak lagi panas, rasanyapun berubah karena manis akan lebih mendominasi. Kemudian rasa mual akan muncul, dan coklat panas tersebut menjadi sampah karena tak menarik lagi.

Sepatutnya, coklat panas dinikmati saat masih terasa hangat di cuaca yang membekukan. Hampir seperti itulah aku memaknai suatu kehidupan, terutama yang ku alami. Jika banyak orang mengibaratkan kopi sebagai hal yang seimbang karena pahit manisnya, aku tetap memilih coklat sebagai pilihan subjektif.

Aku mengangkat salah satu kisah hidupku, memasuki usia seperempat abad Tuhan mengijinkanku untuk menikmati indahnya hari sebagai remaja beranjak dewasa. Sebagai orang baru hal ini tentunya sangat mengejutkan sekalipun sering mendengar cerita dari berbagai pihak. Jujur saja aku hampir tak bisa menikmatinya karena terlalu fokus pada “hal baru yang mengejutkan” tadi.

Perlahan tapi pasti, akupun mulai meraba apa yang diinginkan oleh hati ini. Kebahagiaan, itulah jawabannya. Berhari-hari aku bercermin hanya untuk memastikan, inikah hal yang selalu aku harapkan? Inikah hal yang telah aku nantikan? Inikah jawaban Tuhan tentang apa yang kupanjatkan? Ya? Benarkah jawaban “ya” mewakili seluruh pertanyaan yang diajukan oleh hatiku.

Karena detik selanjutnya hatiku telah meragu, mengetahui sedari awal tentang tebalnya dinding perbedaan. Dan ketidak siapanku yang dapat menjadi bom waktu untuk menghancurkan hati banyak pihak. Sayangnya aku menolak dengan intuisi yang berteriak keras untuk berhenti di tempatku berdiri.

Berbekal rasa simpati dan empati dengan keadaan yang sedang berpihak kepadanya, ingin menjadi seorang sahabat yang ada untuk mendengar segala keluh kesahnya. Ingin menjadi penopang disaat terpuruknya, inginku berhenti di posisi sahabat untuknya. Namun keserakahan yang melingkupi hati membuatku memutuskan untuk melangkahkan kaki lebih jauh.

Manisnya kasih yang ditawarkan membuatku lupa diri, hingga terkadang harus ada seseorang untuk mengingatkan agar aku menapak pada tempatku berpijak. Meskipun begitu aku masih merasakan sebuah ketakutan akan rasa manis tersebut, bukankah hal yang berlebihan dapat menimbulkan kesakitan. Seperti manisnya gula sebagai penyebab utama timbulnya penyakit diabetes. Disitulah aku mulai membatasi diri agar semuanya sesuai dengan kendali.

Perjalanan kami diawali dengan kecanggungan karena saling menyesuaikan satu sama lain. Mencoba saling memahami karakter, demi meredam konflik yang mungkin sewaktu-waktu akan timbul karena banyaknya perbedaan diantara kami. Kemudian timbullah sisi wanita yang bagiku buruk, karena jujur saja aku tidak ingin menggantungkan harapan pada orang lain.

Hal itu disebut dengan manja, namun bukanlah itu wajar dan sebagian pria senang bukan dengan kemanjaan wanitanya. Ya ya ya, asal tidak berlebihan dan membuat pusing kepala. Akupun merasa itu masih pada tahap wajar karena satu hal yang aku pegang “tidak ingin tergantung dengan orang lain.”

Keraguan yang semula menyertai semakin hari semakin terkikis, muncullah benih kepercayaan yang memang penting dalam setiap hubungan. Karena hubungan yang masih kuanggap semu akibat belum sah di mata negara dan Tuhan, maka selalu ada batasan sebagai sebuah peringatan.

Namun pada titik tertentu, kepercayaan yang mulai terbangun semakin lama terkikis kembali. Disaat keadaan berbalik semuanya semakin berubah, ketenangan hati semakin pudar. Janji hanyalah tinggal janji, dan sebuah kilasan untuk menghentikan ini semua dia perlihatkan semakin kentara.

Aku tak sanggup, aku tak mampu dan akupun mengatakan belum siap, tapi karena semuanya telah berubah perasaan menjadi nomor dua dan tak layak lagi dinomorsatukan. Sekalipun aku tetap berpegang pada janji untuk selalu bergandeng tangan dalam keadaan apapun. Keputusan tetap harus dikeluarkan.

Disinilah coklat panasku yang menjadi favorit mulai terasa hambar. Usahaku tak berhenti menambahkannya gula maupun setetes air hangat untuk menjaga kenikmatannya. Aku merasa gagal saat usahaku malah membuat cangkir tersebut lepas dari genggamanku.

Suara pecahannya begitu nyaring terdengar di telingaku bagaikan simfoni hitam. Tak hanya menyakitkan di telinga namun juga hatiku, karena itu cangkir kesayanganku. Sadar akan sesuatu yang sudah pecah tak akan kembali sempurna, akupun mengikhlaskan. Namun aku tak akan berhenti untuk selalu menikmati coklat panas, karena itulah yang kini dapat memberiku ketenangan.

Persoalan cangkir yang telah pecah, jelas aku akan menggantinya di kemudian hari. Kali ini aku akan memilih yang lebih kuat, kuat dalam menahan panas agar coklatku tetap nikmat.

~END~

Kamis, 24 Agustus 2017

Panorama Jaddih dan Begal-nya



Pengalaman berharga mungkin kata yang lebih tepat untuk menggambarkan liburan kami di hari Minggu (20/8). Kenapa harus mengganti sudut pandang dari kata saya menjadi kami? Karena liburan itu dijalani oleh dua orang yaitu saya daaaaaan…………partner saya, sebut saja Statham. Bermula dari keinginan saya melihat salah satu jembatan terpanjang sebagai penghubung pulau Jawa dan Madura. Suramadu!!!! Yep, bahkan sudah bertahun-tahun jembatan itu berdiri dan dijadikan sebagai objek background selfie di beberapa akun instagram, namun belum sekalipun saya menginjakkan kaki disana.
Nyatanya hingga kini saya juga belum menginjakkan kaki disana, sebab pada jalur tersebut terdapat larangan berhenti kepada setiap kendaraan bermotor. Sayapun bersama Mr. Statham, juga cuma lewat sembari menikmati semilir angin laut yang kala itu cukup keras, dengan mengendarai sepeda motor. Hitung-hitung membayar keinginan tamasya ke pantai yang belum terealisasikan, begitu ujarnya dengan tertawa cukup keras yang hanya kuhadiahi pukulan manja (sebelum melanjutkan membaca coba siapkan tempat sampah, berjaga jika ingin muntah).

Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, sampailah kami pada penghujung jembatan namun rencana menjadi berkembang. Madura memiliki tempat wisata yang sedang nge-hits tanpa saya menyebutkan tempatnya, kalian pasti sudah menjawabnya dalam hati bukan? Bukit Jaddih, tepat sekali – seandainya saya seorang pengajar maka tak segan untuk memberikan nilai 100 pada kalian.
“Rugi lho udah sampe sini gak sekalian ke Bukit Jaddih, dulu kita pengen kesini belum keturutan,” terang Mr. Statham dengan menolehkan kepalanya kebelakang.

Berhubung euphoria liburan masih terasa dan kurang puasnya mengelilingi Bandung (Siapkan mental, nanti saya bukain lapak sendiri mengenai liburan ke Bandung) di awal Agustus lalu, akhirnya sayapun meng-iya-kan ajakannya. Lagipula jarak yang ditempuh juga tidak terlalu jauh, terlebih jika melewati jalur alternatif yang relatif jarang dilewati kendaraan. Sekitar 20-25 menit kami sampai di lokasi tujuan, awal masuk rasanya cukup takjub dengan sajian goa kapur dan danau berwarna hijau.

Pic 1: Keudikan seorang gadis diawal kedatangannya di Jaddih
Cukup membayar Rp 5000,- kita bisa masuk ke tempat wisata tersebut, tak ingin hanya melihat bagian depan saja kami coba naik lagi, eh ada tarikan lagi Rp 5000,-. Disini saya mulai kesal, karena belum liat apa-apa udah main tarik duit aja. Selain kesal, rasa kecewa rasanya lebih mendominasi, pasalnya apa yang saya liat tak sesuai dengan ekpektasi. Beginilah efek dari beberapa editan instagram yang begitu memukau, nyatanya tempat tersebut terkesan “sangat biasa saja” sorry not sorry. Tapi sedikit berpikir positif, kemungkinan foto yang terpajang di instagram dengan hashtag bukitjaddih diambil oleh fotografer professional dengan angle yang cukup bagus.

Singkat cerita, setelah kami beranjak keatas, yang terlihat hanyalah truk-truk besar yang mengangkut (?) kapur, bahkan tak ada pemandangan menarik lagi. Kamipun memutuskan untuk turun, dan masuk ke tempat yang terlihat paling manusiawi di lokasi tersebut, kalau gak salah baca namanya Goa Pote. Dengan sedikit keahlian jeprat jepret foto, seolah lokasi tersebut merupakan lokasi privat yang kami sewa untuk bulan madu (hentikan delusional ini). Berhubung perjalanan kembali ke Surabaya masih panjang dan baterai hape Mr. Statham kritis dan milik saya tinggal 50%, akhirnya kami memutuskan untuk pulang.

Drama yang sebenarnya dimulai saat perjalanan pulang, di depan pintu keluar Wisata Bukit Jaddih terdapat dua jalur ke kanan dan ke kiri. Sebelum mencapai pintu keluar, terdapat tulisan besar semacam banner pada salah satu tebing di sebelah kanan semacam peringatan untuk waspada akan adanya begal di daerah sekitar. Mr. Statham yang fokus dengan kemudinya tentu tidak memperhatikan tulisan tersebut, sedangkan saya sebagai pihak yang duduk tenang di jok belakang, membaca peringatan itu. Namun dengan kemampuan otak yang kala itu mungkin sedang rendah, sedikit kuhiraukan, bahkan pertanyaan dari Mr. Statham tentang tulisan yang saya baca hanya terjawab dengan kata “oh enggak, lanjut aja,”
 
Pic 2 : Bukit Jaddih (frog eye)
Tak ingin mengakhiri hari lebih cepat, kami berkendara cukup santai melewati hutan, kebun dan rumah warga yang sangat jarang disana. Sembari mengobrol menikmati pemandangan hijau yang sangat jarang sekali didapatkan di daerah perkotaan. Namun ketenangan tersebut harus terusik, saat satu motor dengan dua pengendara diatasnya mengganggu jalan kami, dan berjalan cukup dekat bisa dikatakan bersebelahan dengan kami. Tak hanya itu, tas yang sengaja kubawa dibelakang punggung ditarik oleh mereka dengan begitu keras, sehingga membuat tubuh saya otomatis tertarik kearah mereka. Sontak ingatan saya tertarik pada peringatan di Bukit Jaddih tadi, dan berkata pada Mr. Statham jika keduanya adalah kawanan begal.

Blam!!! I don’t know what  I am supposed to do… dan saya hanya bisa mengeratkan pegangan pada saku jaket Mr. Statham. Kedua kawanan begal tadi masih terus mencoba untuk memojokkan serta meneriaki kami dengan bahasa yang sama sekali tidak kupahami. Mendadak Mr. Statham berhenti memastikan bahwa tas yang kubawa tidak berpindah tangan sekaligus menanyakan keduanya tadi sempat melukai saya atau tidak. Disaat motor yang kami tumpangi berhenti, begal tadi tidak memperkirakan dan mereka tetap berjalan dengan kecepatan awal sehingga kami sedikit tertinggal. Sadar buruannya tertinggal dibelakang, begal tadi memutarbalik kembali menghampiri kami, dan berjalan pada trek yang benar (jalur kiri). Sehingga posisinya kini yang bisa kalian bayangkan adalah kami ada di seberang begal tadi, dengan si begal terus melancarkan umpatan yang mungkin berupa ancaman karena demi kaki Smeagol, saya tidak paham dengan apa yang mereka bicarakan.

Begal yang posisinya dibonceng mengeluarkan senjata yang saat itu membuat saya sedikit ketakutan, namun jika diingat sekarang membuat ingin tertawa. Mangga muda, senjata yang mereka bawa untuk melumpuhkan mangsa, kami hanya sempat memandang mereka namun tak ada keinginan sedikitpun untuk menyerah. Sebelum begal tadi sempat melemparkan senjata andalan kearah kami, Mr. Statham segera menginjak pedal gas (istilah kalau pakai mobil) untuk menyelamatkan diri yang pertama dari timpukan manga muda kedua keberingasan begal Madura.

Keberuntungan rupanya belum berpihak karena ban motor yang kami tumpangi bocor, namun kami bertemu dengan bapak pemilik bengkel yang bersedia mengantar ke tukang tambal ban. Stereotipe awal mengenai keburukan suku Madura seketika sirna saat kami dengan dengan bapak Aziz, si pemilik bengkel tadi. Bahkan saat kami “mengucapkan terima kasih”, beliau hanya mengatakan iya sambil berpesan agar kita lebih berhati-hati terutama di daerah rawan tersebut.

Intinya kami selamat dari begal amatiran yang mungkin kala itu sedang magang dan kami yang mereka jadikan sebagai objek percobaan. Pesan moral dari tulisan saya kali ini adalah jangan pernah abaikan sebuah peringatan di daerah yang awam bagi kita. Tetap tenang, setenang Mr. Statham yang bisa menyikapi kelakuan begal tadi dari frame-nya sebagai hal konyol, jadi gak salah kan jika kusebut Statham, karena saya aman bersamanya dan masih bisa berbagi cerita ini pada kalian. Hal terpenting adalah selalu bersyukur, bagamaina tidak, jika kawanan begal tadi merupakan professional mungkin saya tidak disini lagi. Parahnya banyak surat kabar memberitakan kami dengan sebuah wacana berkonotasi negative “sepasang muda – mudi…..” Tidaaaaaaaaaaaaaakkk!!!!

Untuk kalian yang belum pernah mampir ke wisata ini, rencanakan betul perjalanan anda jangan samapai kesialan yang menimpa kami juga kalian alami. Jika ingin berkendara dengan motor, lebih baik dengan rombongan di pagi hingga siang hari. Belajar motret aja dulu biar dapet angle pas kalo udah sampe sana, dan gak terlalu kecewa saat pulang dengan beberapa gambar yang kalian bawa nantinya. Terakhir, rasanya cukup sekali saja perjalanan saya kesana yang jelas saya sudah tau seperti apa tempatnya, saatnya kembali melanjutkan perjalanan yang tertunda.

~END~