Sabtu, 26 Juli 2014

King Drogs is Back

Welcome back King Drogs ucapan itu memenuhi segala penjuru jejaring sosial yang aku punya. Dimulai dari yang paling rame, oke twitter. @chelseafc yang telah mengkonfirmasi kedatangan pemain terbaik Chelsea tahun 2010 ini.

Pict 1: Drogba resmi kembali ke Chelsea
Bukan hanya official twitter dari Chelsea FC saja, salah satu pemain senior yang pernah merumput bersama Drogba juga menyambut baik kedatangannya. Dia adalah sang kiper utama Chelsea Petr Cech, tertulis jelas di official twitternya. Terlihat bahwa Cech sangat senang melihat kawannya itu kembali berseragam biru milik Chelsea setelah berkelana ke China dan juga Turki.

Pict 2: Tweet Cech untuk Drogba
Instagram, tapi kalo di instagram hanya dari official Chelsea saja yang memberi selamat, serta ungkapan bahagia kepada penyumbang 100 gol untuk Chelsea ini semasa karirnya. Fans Chelsea dan fans Drogba terlihat sangat antusias menerima kabar bahagia ini, mereka berlomba-lomba memberikan komentarnya di instagram. Lebih lucunya komentarnya ada yang menggunakan bahasa dari masing-masing negaranya sendiri lho.

Beberapa dari mereka sepertinya sudah tidak sabar untuk menyaksikan aksi King Drogs di lapangan. Seperti yang kita tahu saat ini, semenjak kepergiannya tidak ada striker yang cukup mumpuni menggantikan perannya meskipun dengan harga selangit. Contoh nyata Torres, dengan harga £ 50 juta (50 juta poundsterling), gol yang dihasilkan pun tak sebanding dengan harganya. Meskipun harus diakui kadang gol Torres menjadi penentu dan pintarnya dia membuaka ruang untuk rekan setimnya. Romelu Lukaku, striker muda ini selalu menjadi bayang-bayang Drogba, diramalkan akan menjadi penerus Drogba, namun permainannya sangat jauh dari harapan. Eto'o, meskipun terkenal sebagai striker mematikan di Barcelona dan Inter Milan, namun kemampuannya tidak terbukti kala merumput di Chelsea.

Beberapa striker kenamaan yang gagal bersinar di Chelsea itu rasanya harus siap untuk kembali menghuni bangku cadangan saat Drogba kembali. Saingan Drogba yang jelas terlihat kini adalah Diego Costa, striker asal Spanyol yang baru saja diboyong Chelsea dari Atletico Madrid. Hal tersebut tak lain karena penampilan apik di klub lamanya dan harga yang cukup melambung. Namun bukan berarti Costa lantas bisa mendongakkan kepala dengan mudah, seperti kita tahu banyak striker bintang yang gagal beradaptasi dengan kultur permainan Chelsea. Oleh karena itu fans begitu berharap dengan kembalinya Didier Drogba, sang juru selamat yang menjadi penentu kemenangan dalam adu penalti melawan Bayern Munchen pada final Champions League 2012 silam.

Pict 3: Posting official instagram Chelsea FC tentang kembalinya Drogba (1)
Pict 4: Posting official instagram Chelsea FC tentang kembalinya Drogba (2)
Tak ketinggalan di facebook juga ramai diperbincangkan hanya saja tidak segencar seperti pemberitaan melalui twitter. Kembalinya Drogba menuai banyak pujian dan harapan, namun saya sedikit kurang tertarik. Pandangan subjektif saya mengatakan bahwa Drogba bermain segemilang itu karena mendapat servis yang cukup bagus dari seorang Frank Lampard, sedangkan kita tahu Lampard baru saja resmi menandatangani kontrak bersama NYCFC (New York City FC). The big question is, Who's gonna serve him if Lampard not in Chelsea anymore....? Dapatkah Drogba mengulang kesuksesannya tanpa tandemnya tersebut? Pertanyaan kecil yang mengganggu otak saya ini nantinya akan terjawab dengan sendirinya saat musim kompetisi 2014/2015 berlangsung.


PS: Welcome back King Drogs, good luck for your new adventure on Chelsea. Hope you can as top scorer or the best player on Chelsea in this season

"Didier Drogba, tra la la la la,
Didier Drogba, traaa la la la la,
Didier Drogba, tra la la la la,
Didier Drogba, traaa la la la la..."

~END~

Sabtu, 19 Juli 2014

FRANK LAMPARD - Sebuah Harga 13 Tahun Pengabdian

Sudah satu bulan lebih semenjak Chelsea menyatakan bahwa Lampard bebas transfer, oooooooh hal itu masih terasa sesak sampai saat ini. Masih saya tidak bisa menerima kenyataan bahwa musim 2014/2015 tidak akan melihat sosok Lampard menghiasi lini tengah Chelsea, atau sekedar menghiasi bangku cadangan kala Mourinho memberi kesempatan pada pemain muda lainnya. Selain itu saya harus menerima kenyataan bukan hanya musim itu  saja Lampard memberikan kekosongan dihati saya kala harus menyaksikan laga Chelsea, tapi itu seterusnya hingga ia menyatakan dirinya untuk gantung sepatu dan kembali mengabdi ke Chelsea sebagai staf pelatih ataupun staf dalam manajerial Chelsea.

Pict 1: Selebrasi Lampard setelah mencetak gol
13 tahun sudah pengabdian sosok yang bernama lengkap Frank James Lampard Junior kepada klub yang berdiri mulai 1905 ini. Tepatnya pada 15 Mei 2001 (ini aku nyontek wikipedia) dan saat itu Lamps masih berumur 22 tahun. Saya menganggap ini merupakan kejelian dari pelatih Italia bernama Claudio Ranieri yang berani membeli sosok pemain muda dengan banderol yang cukup tinggi. Yah anggap saja ini menjadi kebiasaan di Inggris, yang melabeli pemain asli Inggris dengan harga fantastis. Seiring berjalannya waktu dan dengan datangnya taipan asal Rusia bernama Roman Abramovich yang banyak memberikan perubahan di Chelsea pada tahun 2003, performa Lampard semakin hari semakin meningkat.

Sayangnya saya menyadari aura kebintangan Lamps saat dia sudah sekitar 4 tahun menginjakkan kakinya di Chelsea, tepatnya saat Chelsea menjadi juara liga Inggris (format EPL) untuk pertama kalinya di musim 2004/2005. Yah, mungkin sejak saat itulah saya bagaikan anak remaja yang mulai mengidolakan pemain sepakbola tanpa adanya doktrin dari kakak perempuan saya. Hingga saat inipun rasanya sulit melupakan sosok Lampard yang telah melekat erat dengan Chelsea. Percaya atau tidak, semenjak kepergiannya setiap kali membaca artikel maupun berita yang menyinggung soal Lampard dengan beribu kata bijaksananya meninggalkan Chelsea ataupun kesan para pebola, pelatih dan staf Chelsea kepadanya air mata ini pecah. Lampard adalah Chelsea dan Chelsea adalah Lampard, bagi saya dan hal tersebut sama seperti yang telah dia katakan

"This club becomes you.
Once you've played for it,
you're always welcomed back for the rest of your life,
so you become Chelsea and it becomes you"

Ooooh God, air mata ini pecah lagi jika harus mengingat kata-kata ini yang diucapkannya saat meninggalkan Chelsea. Mengapa dia begitu tegar, bijaksana dan dengan lapang dada menerima apa yang dilakukan klub padanya dengan segala pengorbanannya selama 13 tahun. Mungkin banyak perbedaan pendapat disini, tapi saya menganggap dia didepak atau dibuang hanya karena umurnya yang tidak muda lagi serta ketidakcocokan strategi pelatih jika dia masih berada di Chelsea.

Teringat jelas bagaimana saya begitu terkesima dengan gol-gol indahnya, gol yang dia ciptakan semata-mata hanya untuk membawa kemenangan bagi tim yang dia anggap telah membesarkan namanya. Selebrasi dengan mencium logo Chelsea di dada kirinya dan berlari menghampiri fans ditribun dan berteriak penuh semangat. Semua fans berdiri menyambutnya dengan suka cita, kemudian mereka membuat  seluruh manusia di stadion merinding dengan nyanyiannya yang begitu menggema


"Super... super Frank
super... super Frank
super... super Frank
super Frankie Lampard"

Lagu sederhana yang jika dilihat hanya ada tiga kata tersebut selalu menggema kala Lampard mencetak gol. Demi menghargai pahlawan Chelsea, lagu tersebut juga berkumandang saat lampard gagal mencetak gol. Tak hanya itu lagu Super Frank juga merupakan penyemangat, saat Lampard berlarian menggiring bola. Betapa merindingnya kala lagu itu terdengar kembali dan bukan untuk ketiga alasan yang saya sebutkan, tapi kala mengiringi kepergian Lampard meninggalkan Chelsea, menyesakkan bukan?

Pict 2: Banner SUPER FRANK setia menghiasi Stamford Bridge
Berbicara soal gol, yang paling berkesan dan saya ingat adalah gol Lampard ke gawang Barcelona dalam turnamen Champions League, kira-kira tahun 2006-2007. Spektakuler, gol itu rasanya cukup menggambarkan gol yang tercipta melalui sudut sempit, tepatnya sebelah kanan gawang Barcelona. Pada saat itu Lampard sudah sangat dekat dengan garis, namun dengan cerdiknya dia melepaskan tembakan yang tidak terlalu keras, yang tidak dapat diantisipasi oleh kiper. Bolanya meluncur deras ke gawang Valdes, ini memberikan angin segar kepada punggawa lainnya untuk mengejar ketertinggalan mereka dari raksasa Spanyol tersebut. Sayang ketika menapaki semifinal Chelsea harus kalah oleh Liverpool.



Selanjutnya masih di turnamen yang sama yaitu Champions League, Chelsea berhasil menggapai final pertamanya dan menghadapi seteru abadinya dari Inggris yaitu Manchester United. berbekal pemain yang ditinggalkan Mourinho, Chelsea masih harus banyak belajar dari MU, mereka kalah dalam laga adu penalti. Istimewanya adalah, Lampardlah yang berhasil menyamakan kedudukan saat Chelsea tertinggal 1-0 oleh gol Cristiano Ronaldo, dan memaksa laga berakhir dengan adu penalti. ketegaran Lampard begitu kentara, kala dia menghibur sahabatnya yaitu John Terry yang gagal mengeksekusi penalti. Tersirat kesedihan diwajah tampannya, namun tak sedikitpun air mata keluar dari pelupuk matanya.

Pict 3: Lamperry (Lampard - John Terry)-1 Lamps menghibur Terry yang gagal mengeksekusi penalti
Pict 4: Lamperry (Lampard - John Terry)-2
Sebelum pertandingan final tersebut, Chelsea kembali bertemu dengan musuh bebuyutannya Liverpool. Kali ini mereka berhasil membalas dendam, namun tangis air mata sempat terjadi dalam pertandingan yang menguras emosi, pasalnya sebelum pertandingan ini berlangsung Lampard harus berduka akibat meninggalnya sang Ibu yang terkena pneumonia. Gol kemenangan yang dilesakkan Lampard, dirayakannya dengan menunjuk langit biru dan mencium ban hitam tanda duka cita untuk sang Ibunda tercinta.

Pict 5: Lampard mencetak gol dan siap melakukan selebrasi
Pict 6: Selebrasi Lampard ditujukan untuk Ibunya yang baru meninggal disambut Drogba dan Carvalho
Pict 7: Puncak selebrasi Lampard, mencium ban hitam tanda duka cita untuk Ibunya
Teringat jelas bahwa semenjak kepergian Mourinho dari Chelsea di tahun 2007, banyak pihak yang meramalkan Lampard akan mengikuti jejak sang pelatih karena kedekatan hubungan antara mereka. Namun niat tersebut diurungkannya meskipun banyak sekali iming-iming gaji melimpah yang nantinya akan diberikan untuk Lampard. Amanat sang Ibu dan rasa cintanya yang begitu mendalam kepada Chelsea lah yang membuatnya tetap bertahan hingga ada keputusan klub tersebut membuangnya.

Buah kerja keras dan jatuh bangun yang dialaminya kala berjuang di Liga Champion akhirnya berhasil dia raih. Pertama kalinya Chelsea berhasil meraih trophy paling bergengsi di Eropa dengan mengalahkan Bayern Munchen dalam babak adu penalti. Bukan hanya piala tersebut yang istimewa namun keberadaan Lampard kala itu yang menjadi kapten menggantikan John Terry dan berhasil mengeksekusi penalti, meskipun bukan sebagai penentu seperti Didier Drogba. Tangisan bahagia suporter Chelsea terdengar diseluruh antero Allianz Arena Stadium. Chelsea berhasil memecahkan rekor dan menumbangkan tim besar di final tepat dikandangnya sendiri. Hal menyedihkan yang tersisa di final UCL 2012 tersebut adalah, semua eksekutor panalti di final itu sudah tidak tersisa lagi di Chelsea. Juan Mata telah menjadi pemain MU, David Luiz dijual ke PSG dengan harga fantastis, Ashley Cole melenggang ke Roma dengan status free transfer, Didier Drogba sang penentu malah meninggalkan Chelsea lebih dulu menuju Shanghai Senhua. Terakhir adalah Super Frank yang dirumorkan akan merumput di klub MLS, New York City FC.

Pict 8: Lampard mengangkat trophy UCL pertama kalinya
Pict 9: Kebahagiaan lampard mencium trophy UCL 2012
Pict 10: Seluruh staf Chelsea melakukan perayaan kemenangan UCL dan berkeliling kota London
Tahun selanjutnya permainan Chelsea di liga Champion menurun, sudah menjadi tradisi mungkin jika sebuah tim yang mengidamkan trophy UCL untuk pertama kalinya ketika telah didapatkan maka penampilan selanjutnya akan biasa saja (flop). Chelsea gagal melewati fase grup dan harus tersingkir dari Liga Champion untuk turun kasta bermain di Europa League. Dibawah asuhan Rafael Benitez, mereka berhasil melaju hingga final melawan Benfica. Final kali ini Lampard kembali ditunjuk sebagai kapten, akhir yang manis bagi pria kelahiran Romford, England 20 Juni 1978 tersebut. Dia berhasil membawa timnya kembali menjadi juara di kancah Eropa meskipun di kasta keduanya. Kenangan manis seorang Frank Lampard di masa pengabdiannya terhadap Chelsea.

Pict 11: Lampard kembali berhasil meraih trophy Europa League sebagai kapten
Pict 12: Selebrasi Lampard mengangkat trophy Europa League tahun 2013
Kembalinya Mourinho di tahun 2013 memberi angin segar kepada fans dan klub, karena dia merupakan pelatih yang sangat dicintai fans, tak lepas dari prestasinya memberi banyak gelar untuk Chelsea di musim pertamanya dahulu. Melihat strategi yang diterapkan, sedikit keraguan pada hati saya nantinya Lampard akan dipertahankan, sekali lagi saya cukup lega karena sempat terdengar wacana jika Lampard akan pensiun di Chelsea pada tahun 2014. Kedekatan hubungan dengan Mourinho bisa saja memberikan Lampard kepercayaan diri untuk terus melanjutkan karirnya di Chelsea dan menunda pensiunnya. Namun pada tanggal 3 Juni 2014 berita mengejutkan terngiang di telinga saya jika Lampard berstatus bebas transfer dan Chelseapun enggan untuk memberikannya perpanjangan kontrak baru.

Hal tersebut bukanlah sesuatu yang mengejutkan sebenarnya, mengingat Jose Mourinho merupakan pelatih profesional. Dia tidak pernah menilai pemain dari kedekatan hubungan dengan dirinya, tidak menilai pemain yang sangat disegani fans, tidak menilai pemain yang dianggap sebagai bintang atau tidak menilai pemain yang sudah dilabeli sebagai legenda. Mourinho hanya menilai pemain yang memiliki kualitas bagus dan permainannya cocok dengan strategi yang diterapkannya. Lampard tampaknya sudah tidak lagi menjadi rencana di masa depannya bersama Chelsea.

Teringat jelas saat Mourinho membuat pengeran dan legenda Madrid, Raul Gonzalez terbuang dari Real Madrid, dan Iker Cassilas yang selalu menjadi pilihan utama sebagai kiper harus rela menghiasi bangku cadangan. Mereka merupakan simbol dan ikon Madrid namun karena permainan dan kualitasnnya tak sesuai dengan keinginan Mourinho mereka harus rela menepi dari tim yang benar-benar diinginkan Mourinho. Padahal kedua pemain tersebut merupakan pemain binaan asli Madrid dan berlabel pemain bintang dan legenda. Sedangkan Lampard bukan merupakan pemain asli binaan Chelsea, diapun juga tidak tumbuh besar dengan klub London tersebut, maka dengan gampangnya Mourinho mendepaknya.

Itulah Mourinho dan segala sensasi yang dibuatnya, tak ada yang dapat menarik hatinya kecuali permainan yang dinilainya sangat pantas menghiasi skuadnya. Pengabdian Lampard selama kurang lebih 13 tahun rasanya tidak berarti apa-apa baginya. Saat dia tak dibutuhkan, maka dia akan terbuang. Menyedihkan memang, namun Mourinho tidak akan meninggalkan kesan negatif saja pada dirinya, dia sempat memberikan harapan pada Lampard dan terutama fans Chelsea yang begitu mencintai Lampard. Mourinho menjanjikan nantinya Lampard akan kembali meskipun bukan lagi sebagai pemain namun menjadi staf pelatih Chelsea atau mungkin juga sebagai bos baru Chelsea. Sedikit ulasan percakapan Mourinho dan Frank Lampard kala mereka berbicara 4 mata mengenai karir Frank Lampard, dan ungkapan Mourinho tentang Lampard pada media.


"“It’s not the end of Frank’s career at Chelsea
it’s just a little break.
It’s the end of his career as a Chelsea player,
but he will be back for many,
many years because he’s one of the most important players in the club’s history"

"I think only he knows because we spoke not by phone,
in person but at the same time I can feel some happiness
about the process because for sure he comes back to Chelsea one day. For sure"

"Everybody wants it,
Mr Abramovich - the No.1, the most important person
wants very much Frank to be back
I want him to be back, the staff want him back, so he comes back for sure"

"Mr Abramovich has left the door completely open for him on the understanding Frank can do anything he wants at this club: 
he can try things, feel where he is better suited,
we can feel as a club where he can give us more,
but he can come back when he wants and,
to repeat Mr Abramovich’s words, the way he wants"

Itu hanya sebagian dari ungkapan Mourinho tentang kepergian Lampard, selengkapnya dapat dilihat di Jose Mourinho on Lampard - Mirror

Saya tidak berani menjamin kepada para pembaca bisa menahan air matanya, terutama bagi fans berat Lampard. Saya yang hanya sebagai pengagumnya saja terharu dan selalu kehilangan kendali untuk menahan air mata ketika membaca semua artikel Lampard setelah tanggal 3 Juni 2014 tepatnya saat Lampard dinyatakan bebas transfer.

Saya belum berani mengatakan bahwa saya adalah fans dari legenda hidup Chelsea dan Inggris ini, karena saya tidak terlalu tahu mengenai kehidupannya. Fans yang ada dalam pikiran saya adalah, fanatik dan mereka memiliki segala yang menyangkut idolanya. Terlebih saay idola itu bisa menghampiri negara tempatnya berada dengan sekuat tenaga mereka akan berusaha untuk meraih kesempatan tersebut. Saya belum sampai pada taraf tersebut, yah mungkin bisa dibatasi jika saya ini kagum atas sosok berdedikasi macam Lampard. Saat mendengar Chelsea akan datang Indonesia, begitu gembiranya seluruh lapisan penikmat sepakbola, terutama para fans Chelsea. Mereka berduyun-duyun datang ke Jakarta hanya untuk melihat idolanya tersebut. Terbersit niat dalam hati untuk berangkat, bukan untuk menyombongkan diri dari apa yang saya miliki. Tapi hanya dengan tiket untuk kelas ekonomi dan perjalanan yang semurah itu saya pastinya bisa berangkat, sebelum ada pengumuman resmi Chelsea akan mengunjungi Indonesia, saya memang telah dibiasakan menabung namun apalah daya, keinginan tersebut seolah lenyap mengingat kewajiban saya untuk menyelesaikan study lebih penting. Berharap akan adanya kemungkinan lain dari Tuhan ataupun rencana indahNya untukku dikemudian hari, yah aku percaya itu.

~TO BE CONTINUED...~

Minggu, 13 Juli 2014

The First European Champion in South American

Sajian seru dan menegangkan patut menggambarkan apa yang tersaji di Estadio Jornalista Mário Filho (Maracanã), Rio de Janeiro Brasil, yang menggelar partai puncak piala dunia 2014 antara Jerman dan Argentina. Tidak cukup untuk menentukan pemenang dalam kurun waktu 90 menit. Butuh extra time untuk mendapatkan juara sejati yaitu Jerman yang mengalahkan Argentina lewat gol tunggal pemain pengganti Mario Goetze.

Pict 1: Timnas Jerman juara Piala Dunia 2014
Sejatinya pertandingan final ini cukup membosankan, akibat permainan negative football yang diterapkan oleh Argentina. Mungkin hanya itu salah satu cara demi meredam permainan kolektif Jerman yang terbukti ampuh di laga-laga sebelumnya. Serangan Jerman tak kalah membosankan, karena terbentur tembok pertahanan dan jauh dari sasaran.

Kekurangan amunisi di sektor penyerangan, Argentina coba mengandalkan serangan balik memanfaatkan kelengahan lini pertahanan Jerman. Anak asuh Sabella sempat membuat publik Argentina bersorak atas gol Higuain, mereka terlarut dan ikut merayakan gol tersebut. Sayangnya sebelum gol itu terjadi, Higuain tertangkap offside terlebih dahulu. Hingga babak pertama usai skor kacamata masih menghiasi pertandingan yang dipimpin wasit asal Italia, Nicola Rizolli tersebut.

Di babak kedua kembali terjadi jual beli serangan, Argentina coba terus memberi tekanan dan beberapa kali sempat mengecoh Hummels namun mereka masih belum bisa menaklukkan Neuer. Kerasnya tensi pertandingan menimbulkan tragedi berdarah, dialami oleh Bastian Schweinsteiger kala berebut bola diudara dengan Aguero, beruntung gelandang Munchen tersebut masih bisa melanjutkan pertandingan.

Memasuki akhir menit 70 belum juga tercipta gol, kedua pelatih coba menerapkan strategi baru dan mengganti beberapa pemain. Palacio dan Gago di kubu Argentina dan Goetze menggantikan Klose di kubu Jerman. Pergantian tersebut nampaknya belum membuahkan hasil hingga 90 menit kedudukan masih tetap 0-0. Hasil ini memaksa pertandingan final PD edisi 20 memasuki babak esktra time.

André Schürrle yang tampil gemilang saat menggilas Brasil kembali unjuk gigi di pertandingan ini, namun sayang beberapa tembakannya masih belum menemui sasaran. Tempo pertandingan berjalan sangat lambat dan membosankan. Terlihat beberapa pemain kelelahan, mengakibatkan seringnya terjadi pelanggaran dan pertandingan tertunda. Ekstra time pertama Jerman dan Argentina belum juga bisa membuka skor.

Ekstra time kedua, Jerman mengambil inisiatif serangan dan ingin segera menuntaskan hasrat menjadi juara PD 2014. 8 menit berselang publik Argentina dibuat terdiam dengan gol cantik Goetze yang menerima umpan Schürrle. Sontak gol tersebut membuat pendukung Jerman berdiri dari kursi penonton dan bersorak. Tak ingin kalah, pemain Jerman yang setia duduk di bench juga terlihat merayakan gol tersebut.

Pict 2: Goetze merayakan golnya ke gawang Argentina
Merasa unggul, kini saatnya Jerman merapatkan barisan pertahanan mereka dari gempuran Messi dkk. Memasuki menit akhir ekstra time, seluruh penonton di stadion terhenyak akan pelanggaran terhadap Messi, dan menghasilkan tendangan bebas. Pemain Barcelona tersebut coba memberikan yang terbaik di kesempatan terakhir ini, sayang tendangan bebasnya melayang jauh di atas mistar gawang.

Tak ada waktu lagi bagi Argentina mengejar ketertinggalan Jerman yang unggul 1-0, mereka harus rela dua kali kalah dari Jerman di piala dunia. Selain keluar sebagai juara, piala dunia kali ini meniggalkan memori indah bagi Klose yang menyandang sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang gelaran PD. Pencapaian Jerman ini sekaligus menyamai rekor Italia dengan 4x juara Piala Dunia. Satu yang paling istimewa adalah Jerman merupakan tim pertama yang berhasil meraih juara di tanah Amerika Latin. Deutschland Über Alles!!!

 ~END~

Final Pembuktian Kekuatan Eropa dan Amerika Latin

Puncak perhelatan piala dunia 2014 akan digelar di Estadio Jornalista Mário Filho (Maracanã), Rio de Janeiro, Rio de Janeiro antara Jerman menghadapi Argentina. Dua tim ini pernah saling bunuh pada 2 final PD yaitu pada tahun 1986 (Mexico) dan 1990 (Italia) dan mereka. Hasilnya Argentina berhasil meraih juara di Mexico tahun 1986 dan Jerman membalasnya 4 tahun berikutnya tahun1990 di Italia.

Menarik adalah, kala itu Jerman masih bernama Jerman Barat, dan belum sekalipun mereka meraih juara dengan nama Jerman. Inilah momentum Jerman untuk membuktikan kepada publik sepakbola tentang kekuatannya saat ini. Sedangkan Argentina ingin meneruskan tren positif mereka kala menjadi juata di tanah Amerika latin. 2x Argentina juara terjadi ditanahnya sendiri yaitu pada tahun 1978 dan di Mexico 8 tahun berselang.

Pict 1: Argentina dan Jerman pembuktian juara
Melihat peforma kedua tim dalam melewati semifinal, diatas kertas Jerman dijagokan menjadi juara. Mengingat kolektivitas permainan mereka yang sangat jauh berbeda dengan Argentina karena hanya mengandalkan individu berlabel bintang besar. Messi, Higuain, Angel di Maria, Sergio Aguero secara individu nama mereka terdengar mengerikan bagi lawan, namun saat bermain bersama belum sekalipun mereka menebarkan kengerian di benak lawannya.

Di Maria dan Messi masih bisa mendapatkan apresiasi, berkat gol Messi yang menentukan maka mereka bisa melaju hingga jauh ke final. Serta permainan apik Di Maria yang memanjakan pemain depan dengan umpan dan assistnya. Barisan pertahanan Argentina juga tidak bisa dianggap sepele, menginjak babak 8 besar mereka menunjukkan perubahan yang signifikan dan berhasil mempertahankan keperawanan gawangnya.

Kedua tim ini juga sudah mengerti karakter dari masing-masing pemain karena mereka sama-sama merumput di Eropa. Di Maria, Mascherano dan Messi yang merumput di Spanyol meskipun berbeda tim sudah tau betul karakter permainan Khedira di Madrid. Schurrle dan Ozil dua wakil Jerman yang merumput di Inggris ini tentunya sangat hafal dengan pergerakan dari Aguero. Beberapa pemain Jerman yang berlaga di Champions League tentunya sangat hapal dalam mematikan pergerakan Messi.

Pertandingan final ini tentunya sangat menjanjikan untuk sebuah pertunjukkan terbaik tahun ini, asalkan bisa menghasilkan pemenang dari hasil yang bersih. Semua ini juga tergantung kinerja wasit, dalam final ini akan diemban oleh Nicola Rizolli wasit yang terkenal tegas namun murah kartu asal Italia.

Seperti yang telah saya jabarkan di tulisan mengenai penalti, Jerman masih memiliki kesempatan besar untuk memenangkan penalti. Argentina pun demikian, mengingat final ini terjadi di Amerika Latin, daerah dimana Argentina selalu bisa juara kala menapaki final. Perntandingan terakhir PD 2014 ini akan disiarkan langsung ANTV 14 Juli 2014 jam 03.00 WIB.

~END

Belanda Kubur Impian Brasil

Perebutan juara 3 gelaran PD 2014 menyisakan cerita menarik bagi kedua tim yang berlaga yaitu Brasil dan Belanda. Meskipun apa yang mereka perebutkan ini bukanlah tujuan awal mereka. Brasil memiliki motivasi tinggi sebagai ganti kegagalan mereka ditangan Jerman, sedangkan Belanda sebagai tanda mata saat mereka kembali ke Eropa. Sayangnya harapan tuan rumah kembali terkubur saat Belanda berhasil menggilas Brasil dengan skor telak 3-0.

Tidak ada yang menyangka Belanda bisa memenangkan pertandingan sengan skor telak, banyak pihak juga yang menjagokan Brasil sebagai pemenang atas dasar faktor tuan rumah. Kemalangan Belanda terjadi dimenit awal, yaitu pada menit 3 saat Robben dilanggar oleh Silva. pelanggaran tersebut terjadi diluar kotak penalti, namun Robben menjatuhkan dirinya dalam kotak penalti dan akhirnya wasit menunjuk titik putih sebagai hukuman untuk Brasil. Eksekusi Robin van Persie sukses membawa Belanda unggul 1-0.

Pict 1: selebrasi Robin van Persie atas penaltinya ke gawang Brasil
Brasil tak patah semangat, mereka coba membangun serangan, kehilangan Neymar kini giliran Oscar mendapat kepercayaan di lini depan Brasil. Tidak ingin pulang dengan tangan hampa, Belanda menerapkan strategi bertahan yang cukup jitu demi menahan gempuran Brasil. Kedua tim ini menyuguhkan permainan terbuka yang cukup menghibur.

Malang bagi Brasil, terlalu asyik menyerang mereka kembali kebobolan di menit 16 kali ini giliran Blind yang mencatatkan namanya di papan skor. Brasil tak ingin tertinggal terlalu jauh, Oscar coba memanfaatkan kesempatan emas yang didapat, namun sayang tembakannya masih bisa diantisipasi Cillessen.

Hingga babak pertama usai tidak ada lagi gol yang tercipta dan Brasil unggul 2-0 atas tuan rumah Brasil. Memasuki babak kedua Scolari memasukkan Fernandinho untuk sedikit merubah strategi, jitu memang serangan Brasil mulai terarah. Mendapat kesempatan kembali, namun sayang tembakan keras Ramires tipis disisi gawang Cillessen. Percobaan tendangan bebas oleh David Luizpun juga masih bisa diamankan oleh kiper Ajax tersebut.

Brasil sejatinya mendapat kesempatan kala Oscar dijatuhkan di kotak penalti oleh Blind, namun wasit malah menganggap Oscar melakukan diving. Sial nasib Brasil kala itu, bukannya mendapat penalti malah kartu kuning harus diterima Oscar akibat tuduhan melakukan diving. Scolari coba mempertajam lini depannya dengan memasukkan Hulk, sayangnya malah Belanda yang kembali menciptakan gol pada injury time oleh Georginio Wijnaldum.

Gol Wijnaldum tersebut sekaligus menutup pesta gol Belanda dan memberikan luka mendalam bagi Brasil. Belandapun menutup laga dengan skor akhir 3-0. Hadiah yang cukup pantas bagi tim sekelas Belanda yang bermain cukup impresif sepanjang perhelatan PD 2014, dan rekor tersendiri bagi belanda karena belum sekalipun kalah dalam waktu normal dan ekstra time.

~END~


Sabtu, 12 Juli 2014

Peruntungan Tempat Ketiga

Tidak ada yang lebih baik daripada menjadi juara dalam sebuah turnamen akbar seperti piala dunia 2014. Namun tidak semua tim bisa mendapatkan anugerah tersebut, tim dengan kualitas terbaikpun belum tentu bisa menapaki juara. masih adafaktor lain yang dapat menentukan sebuah tim menjadi juara sesungguhnya, faktor mental dan juga keberuntungan bisa sangat menentukan.

Pict 1: Brasil dan Belanda akan memperebutkan posisi ketiga PD 2014
Saat semifinal, 2 tim yang berhasil menang akan menapaki final untuk memperebutkan title juara. 2 tim lainnya yang menderita kekalahan akan mendapatkan sedikit hiburandengan memperebutkan juara ketiga. Dalam hal ini dua tim yang dimaksud adalah Brasil yang menderita luka mendalam akibat digilas 7-1 oleh Jerman, dan juga spesialis tim "hampir juara" Belanda.

Juara 3 bukanlah suatu yang menarik bagi keduanya, namun sebagai penutupan manis dalam sebuah turnamen keduanya tetap menjaga gengsi untuk meraih kemenangan. 2 tim ini memiliki visi sama untuk menang, namun berbeda alasan. Brasil sebagai tuan rumah tak ingin kembali dipermalukan didepan pendukungnya sendiri, sedangkan Belanda tidak ingin pulang ke negaranya hanya dengan tangan hampa.

Meskipun nantinya Brasil masih kekurangan amunisi dengan ketidakhadiran Neymar, namun mereka patut bersyukur karena Thiago Silva sudah bisa merumput. di kubu Belanda tidak ada masalah berarti dalam skuadnya, mereka bisa tampil dengan kekuatan penuh di laga terakhirnya pada PD 2014.

Banyak pihak yang memprediksikan keduanya ini akan bertemu pada partai final perebutan juara bukan perebutan tempat ketiga. Namun apa daya, keberuntungan berkata lain dan mereka harus bertemu posisi terbaik terakhir di PD 2014. Menarik disaksikan laga panas tim haus gelar yang akan digelar di Stadion Nasional de Brasilia ini akan disiarkan langsung oleh ANTV 13 Juli 2014 jam 03.00

~END~

Tragedi 2nd Penalti dalam Satu Turnamen

Penalti bukanlah hal asing lagi didunia sepakbola, dalam sebuah liga penalti hanya sebagai pelengkap. Merujuk pada pertandingan yang tidak menimbulkan masalah jika akhir dari pertandingan adalah seri, karena kebutuhan dalam liga merupakan konsistensi tim untuk menjaga performa tetap baik dari awal hingga akhir musim. Berbeda dengan sebuah turnamen, terutama ketika telah menginjak pada babak 16 besar. Babak adu penalti merupakan jalan satu-satunya untuk mendapatkan pemenang, jika kedua tim bermain imbang dalam 90 menit dan babak ekstra time.

Masih seputar topik yang banyak diperbincangkan oleh banyak pihak pecinta sepakbola, saya yakin betul orang yang tidak mengerti soal bola saja akan tetap membicarakan ini, yap Piala Dunia. Event 4 tahunan ini selalu menarik untuk dibahas, dalam gelaran PD 2014, telah terjadi 4 kali babak adu penalty mulai dari babak 16 besar hingga semifinal.

Pict 1: Tim yang merayakan kemenangan adu penalti
Brasil dan Chile mengawali babak adu penalti dalam turnamen ini tepatnya di 16 besar, dan Brasil keluar sebagai pemenang. Masih di 16 besar, Kosta Rika dan Yunani juga turut meramaikan ajang ini dan menentukan pemenang melalui babak adu penalty, Kosta Rika lolos ke babak selanjutnya.

Menginjak 8 besar, Kosta Rika kembali menunjukkan kehebatannya dengan menahan imbang tim besar yaitu Belanda, lagapun harus dilanjutkan hingga babak adu penalty. Kini giliran Kosta Rika yang harus angkat kaki, karena Belanda sukses mempecundangi wakil Amerika Latin tersebut. Babak semifinal juga tak lepas dari penalty, masih dengan aktor yang sama, Belanda melawan Argentina. Bermain 0-0 tak membuat salah satu dari mereka keluar sebagai pemenang, penalti menjadi jalan keluar, saatnya Argentina yang berpesta telah mengalahkan Belanda.

Dari 4 penalti diatas ada yang menggelitik hati saya, dan itu merujuk pada satu tim yang melakukan penalti dalam satu turnamen. Pada babak adu penalti yang kedua untuk satu tim yang sama, mereka gagal melewatinya dan harus mengakhiri babak penalti tersebut dengan kekalahan.Kosta Rika dan Belanda adalah korban dari mitos yang saya ungkapkan. Sukses di babak adu penalti pertama namun mereka gagal mengulang kesuksesan di kesempatan yang kedua.

Kekalahan Kosta Rika masih mendapat sambutan positif dari masyarkat dunia, sedangkan Belanda, kembali menjadi cemoohan. mereka dianggap sebagai tim kuat tidak pernah juara atau kata remaja masa kini adalah tim spesialis PHP, bermain impresif tapi selalu KO saat perebutan juara. Banyak juga pihak yang menilai bahwa ini kesalahan van Gaal karena tidak memasukkan Tim Krul, kiper yang sukses melakukan tugas di babak penalti melawan Kosta Rika.

Satu yang patut diingat, saat itu Belanda sudah kehabisan kesempatan untuk mengganti pemain, telah terjadi 3 pergantian pemain. van Gaal juga merasa percaya diri akan menyelesaikan laga tanpa adanya adu penalti, terbukti dengan ditariknya Robin van Persie digantikan oleh Huntelaar yang di laga sebelumnya sukses menjadi supersub. Dan keberhasilan Krul juga belum tentu bisa diulang saat menghadapi Argentina.

Motivasi awal Krul saat belum dimainkan adalah hanya ingin dipasang meskipun satu kali itu bukanlah masalah dan dia akan tampil maksimal. Ketika hal tersebut sudah terpenuhi, saya tidak yakin penampilan keduanya akan seimpresif yang pertama. Hal itu dikarenakan, motivasinya dalam turnamen tersebut sudah dipenuhi. Cillessen, memang tidak memiliki sejarah bagus dalam penalti, satu kalipun dia belum pernah melakukan blok untuk penalti. namun bukan berarti dia lebih buruk dari Krul. Terlihat saat memasuki ekstra time, wajah Cillessen menyiratkan kegugupan yang luar biasa. Mungkin kegugupan akan berakhirnya pertandingan itu dengan penalti, dan benar saja saat itu terjadi kiper Ajax ini tidak mampu berbuat banyak untuk timnya.

Kegagalan dalam penalti kedua bisa juga karena euforia yang terlalu besar, mereka seolah berpikir bisa dengan mudah menaklukkan penalti lagi nyatanya banyak tim yang gagal melakukannya. Seperti yang terjadi juga kepada Bayer Muenchen di tahun 2012. Saat semifinal mereka berhasil mengalahkan tim sekelas Madrid dalam adu penalti, dan saat final bertemu Chelsea, diatas kertas dengan mudah mereka dapat mengalahkan tim asuhan Roberto di Matteo kala itu meskipun harus penalti. Namun nyatanya mereka gagal mengulang kesuksesan.

Jika mitos ini dijadikan sebagai acuan dalam sebuah turnamen, maka saat pertemuan Argentina dan Jerman di final Piala Dunia 2014 mendatang tidaklah sulit menentukan siapa pemenangnya. Jika berakhir penalti, Jerman bisa saja menang dalam babak ini, mengingat belum satupun laga piala dunia yang dilalui Jerman berakhir dengan penalti. Tapi jika pertarungan hanya dalam kurun waktu 90 menit atau bahkan ekstra time, semua masih bisa berubah.

~END~


Jumat, 11 Juli 2014

Unlucky Holland

Kesialan kembali menghampiri kubu Belanda dalam menapaki tangga juara Piala Dunia 2014. Seperti yang telah diprediksikan para pengamat bola sebelumnya, meskipun Belanda tampil impresif namun soal mental anak asuh Louis van Gaal ini masih dibawah standart. Mereka seakan kesulitan menggapai juara, setelah ditahun 2010 mereka kalah di final oleh Spanyol, kini giliran Argentina menyingkirkan mereka lebih awal yaitu pada semifinal dalam babak adu penalty.

Pict 1: Robben (kiri) dan Messi (kanan)
Dalam pertandingan yang terjadi selama 90 menit, permainan keduanya tidak cukup menghibur. Seolah terbersit dalam benak pemain Belanda jika nantinya laga tersebut akan berakhir dengan adu penalty. Sangat membosankan lebih tepatnya, serangan yang di bangun Robben dkk, selalu mentok dan tidak menemukan sasaran akibat rapatnya barisan pertahanan Argentina.

Sedangkan Argentina sendiri kehilangan kreator serangan yang selama ini tugas tersebut diemban oleh Angel Di Maria. Gelandang Madrid itu harus menepi akibat cedera yang dia dapatkan saat Argentina menghadapi Belgia di 8 besar piala dunia. Sosok Messi lagi-lagi mendapat sorotan, semua bola yang dikuasai Argentina akan ditujukan padanya.

Hal ini tidak terlalu efektif, mengingat setiap lawan sudah hapal permainan Argentina dan dengan mudahnya mereka menghentikan pergerakan Messi. Memasuki babak kedua. kedua tim coba mengganti pemain demi mengubah strategi permainan. Hingga babak normal yang berjalan selama 90 menit usai belum juga tercipta gol dari kedua kubu. Lagapun dilanjutkan dengan ekstra time.

Dalam babak ini masing-masing tim melakukan pergantian pemain, pada menit 96 Belanda menarik keluar Robin van Persie dan menggantinya dengan Huntelaar. Sedangkan Argentina memasukkan Maxi Rodriguez untuk mengganti Lavezzi. Ini merupakan pergantian pemain yang terakhir untuk kedua tim. Pergantian tersebut nampaknya tidak mengubah keadaan, skorpun tetap 0-0.

Pict 2: Huntelaar coba ubah strategi di ekstra time
Jalan satu-satunya untuk mendapatkan seorang pemenang adalah dengan adu penalty. Pergantian pemain yang hanya terbatas sebanyak 3kali, maka van Gaal tidak bisa melakukan gambling lagi dengan memasukkan Tim Krul menggantikan Jasper Cillessen.

Adu penaltypun dimulai Belanda mengawali babak ini dengan buruk, Vlar sebagai penendang pertama gagal mengeksekusi bola, sedangkan kubu Argentina dengan eksekutor pertama Messi sukses membobol gawang kiper Amsterdam tersebut. Percobaan kedua, Belanda dan Argentina yang diwakili Robben dan Garay sukses menceploskan bola. percobaan ketiga, lagi-lagi Belanda gagal, kali ini giliran Sneijder. Argentina semakin menjauh saat eksekutor ketiganya Aguero sukses mengelabuhi Cillesen. Percobaan keempat, Dirk Kuyt menumbuhkan asa lagi bagi fans Jerman saat tendangannya tak mampu dibendung Romero. Asa tersebut kembali sirna dan benar-benar terhapus saat Maxi Rodriguez yang menjadi algojo terakhir memastikan kemenangan Argentina 4-2.

Kemenangan ini mengantarkan Argentina ke final dan akan menghadapi raksasa Eropa, Jerman. Pertemuan keduanya mengingatkan kembali kepada para pecinta sepakbola bagaimana ketatnya persaingan diantara mereka. Saat masih bernama Jerman Barat, mereka harus rela berada di posisi kedua dalam gelaran PD 1986. 4 tahun berselang mereka kembali bertemu dipartai puncak dan saatnya Jerman Barat yang berkuasa. Di tahun 2014 mereka kembali dipertemukan. Akankah Jerman menambah koleksi trophy piala dunia keempatnya atau malah Argentina yang menyusul perolehan trophy Jerman.

~END~

Rabu, 09 Juli 2014

One Step Closer, Germany

Nasib tragis dan terasa begitu menyesakkan baru saja dialami oleh tuan rumah PD 2014 yaitu Brasil. Bagaimana tidak, harapan mereka menjadi juara di tanahnya sendiri diporak-porandakan oleh Jerman. Tidak tanggung-tanggung skor yang dibuat oleh anak asuh Joachim Loew, 7-1. Ini sekaligus membayar sakit hati Jerman saat dikalahkan di final PD 2002. Lebih menyedihkan lagi adalah komentator pada malam naas Brasil tersebut adalah pahlawan kemenangan Brasil atas Jerman di tahun 2002, Ronaldo.

Pict 1: Timnas Jerman merayakan gol kemenangannya atas Brasil
Permainan Brasil terlihat limbung sejak awal dibunyikannya peluit tanda pertandingan dimulai. Kehilangan Neymar dibarisan penyerangan, praktis tak ada strategi jitu lagi yang bisa diterapkan Scolari menembus pertahanan Jerman, terlihat sangat monoton. Begitu juga lini belakang keropos dengan tidak tampilnya Silva.

Menit awal Jerman masih meraba strategi Brasil, serangan yang dilakukan masih mentok dan belum menemui sasaran. Pesta kemenangan baru dibuka pada menit 11 melalui sepak pojok Kroos, yang disambut oleh Muller. 1-0 untuk Jerman. Mereka seakan tak percaya bisa unggul cepat atas tuan rumah sekaligus peraih 5x juara Piala Dunia itu.

Klose yang dalam target mengejar rekor pencetak gol terbanyak sepanjang sejarah world cup ikut ambil bagian dalam mencetak gol. Kesempatan pertama sempat di blok oleh Cesar, namun bola muntah langsung disantapnya, Cesarpun kalah cepat untuk menangkap bola yang akhirnya meluncur kegawangnya 2-0. 1 menit kemudian giliran Kroos yang unjuk kebolehan memanfaatkan assist Lahm, 3-0 Jerman memimpin. Kurang puas dengan 1 gol, Kroos menceploskan kembali bola ke gawang anak asuh Scolari kali ini memanfaatkan umpan matang Khedira, 4-0 Jerman semakin menjauh. Tak ingin hanya sebagai pengumpan, Khedira juga ikut mencatatkan namanya di papan skor 5-0 untuk Jerman menutup pertandingan babak pertama.

Pict 2: Klose merayakan rekor golnya
Permainan Brasil semakin kacau,dan terlihat sangat frustasi kala menghadapi lini pertahanan Jerman. Belum lagi ketika mereka menghadapi palang pintu terakhir Jerman, Manuel Neuer. Beberapa kali aksi heroik diperlihatkan kiper Munchen demi menjaga keperawanan gawangnya kala itu.

Masih belum puas dengan skor 5-0, Loew ingin menambah daya gedor dengan memasukkan Schurrle. Jitu, 10menit setelah dimasukkan, gelandang Chelsea itu sudah bisa membaca kelemahan Brasil, tanpa ampun dia coba memberikan luka lebih dalam bagi Brasil. Bukan hanya 1 gol saja, Schurrle menambah koleksi golnya tepat 10 menit berselang dengan mengelabuhi David Luiz, mantan rekan setimnya di Chelsea.

Tak ingin terlihat lemah dihadapan pendukungnya sendiri, Brasil tetap tampil enerjik dan coba untuk mencetak gol. Berhasil, tembakan keras Oscar pada menit 90 akhirnya bersarang ke gawang Neuer. Sayangnya gol hiburan Jerman tercipta di menit akhir dan tidak tersisa banyak waktu untuk menyusul gol Jerman. Gol Oscar tersebut sekaligus menutup pertandingan semifinal pertama PD 2014.

Dengan kemenangan meyakinkan ini, Jerman memastikan langkahnya sebagai tim pertama yang mencapai final. Penantian Jerman akan ditentukan malam ini siapakah lawan yang akan mereka hadapi antara Belanda dan Argentina. Dengan skor 7-1 menghadapi Brasil, diatas kertas tampaklah sangat mudah bagi Jerman meraih sebuah gelar juara. Sekali lagi sepakbola bukanlah matematika, Jerman bisa saja terpeleset jika terlalu larut dalam euforia dan kembali membanjiri lapangan dengan tangis kesedihan sama seperti pada tahun 2002.

~END~

Selasa, 08 Juli 2014

Déjà vu 2002...?

Tidak banyak sejarah pertemuan antara dua tim besar yang berbasis di Amerika (Brasil) dan Eropa (Jerman). Pada laga persahabatan Jerman pernah mengungguli Brasil, namun dalam sebuah turnamen besar layaknya Piala Dunia Jerman harus berlapang dada karena Brasil jauh lebih unggul. Pengalaman pahit itu dirasakan Jerman 12 tahun yang lalu, tepatnya pada final Piala Dunia 2002 di Jepang - Korea Selatan.

Pict 1: Brasil meraih juara PD 2002 di Jepang - Korea Selatan
Jerman yang bermain limbung akibat sang kapten Michael Ballack tidak dapat berlaga karena terkena akumulasi kartu pada semifinal, dihempaskan oleh Brasil dengan skor 2-0. Kemenangan Brasil ini sekaligus mengantarkan mereka sebagai tim terbaik didunia dengan menjuarai Piala Dunia sebanyak 5x. Menyesakkan memang bagi Jerman, mereka tim besar yang belum pernah mengecap juara Piala Dunia dengan nama Jerman (Jerman meraih 3x juara Piala Dunia dengan nama Jerman Barat)

Dalam semifinal Piala Dunia 2014 di Brasil, Jerman bertekad untuk membalas kekalahan menyakitkan tersebut. Hal tersebut telah diungkapkan oleh André Schürrle, bahwa mereka optimis dalam menghadapi Brasil dan yakin untuk meraih juara tahun ini. Sesumbar gelandang serang Chelsea ini bukanlah tanpa alasan. Dalam pertandingan semifinal pertama ini Brasil kehilangan kekuatan utamanya, Neymar yang harus keluar dari Piala Dunia lebih cepat akibat cedera. Ditambah lagi Thiago Silva, sang kapten Brasil yang terkena akumulasi kartu. Praktis kekuatan Brasil tereduksi tanpa kehadiran mereka.

Brasil bukanlah sembarang tim, apalagi pelatih mereka Scolari tahu betul karakter bermain Jerman. Mantan pelatih Chelsea ini jugalah yang membawa Brasil meraih trophy kelima Piala Dunia mengalahkan Jerman 2002 silam. Dengan tidak adanya Thiago Silva, kemungkinan pelatih berkepala botak ini akan menurunkan Dante, seperti diketahui Dante merupakan pemain yang merumput di Bayern Munich. Dimana dia sudah paham betul permainan rekannya di Munich yang memperkuat Jerman, seperti Thomas Müller, begitu juga sebaliknya.

Bukanlah suatu kejutan jika nantinya kedua tim ini bisa saling membaca strategi dan karakter permainan lawannya. Banyak pemain Brasil yang merumput di Eropa seperti Oscar, Ramires, Willian dan David Luiz saat di Chelsea, mereka akan bertemu Schürrle malam nanti, dan Schürrle juga telah memiliki cara untuk meredam Luiz. belum lagi Marcelo yang mungkin mengetahui karakter kompatriotnya di Madrid seperti Khedira atau Ozil yang sempat merumput di Santiago Bernabeu.

Pict 2: André Schürrle merayakan golnya ke gawang Algeria (tegaskan siap hadapi Luiz)
Menarik disaksikan adalah permainan kedua tim ini telah jauh mengalami perubahan semenjak 2002. Dari pertandingan final tersebut hanya menyisakan nama Klose dan Scolari di masing-masing klub untuk pertandingan semifinal PD 2014. Pertandingan semifinal antara Jerman dan Brasil ini akan ditayangkan langsung ANTV pada 9 Juli 2014 pukul 03.00.

~END~

Pesona "Orlando Bloom" di Timnas Jerman

Apa yang ada di benak para wanita saat mendengar kata Orlando Bloom terlontar dalam sebuah percakapan ringan. Tampan, aktor, berbakat, Inggris, bajak laut dan masih banyak lagi. Hal tersebut tentunya merujuk pada apa yang telah dilakukan oleh Bloom di setiap perannya. Aktor berkebangsaan Inggris ini terkenal dengan beberapa film sekuelnya, The Lord of the Rings saat dirinya menjadi seorang peri bernama Legolas membuat namanya semakin bersinar saat trilogi ini berhasil meraih piala Oscar. Kemudian film mengenai bajak laut saat dirinya beradu akting dengan aktor berbakat lainnya Johnny Depp, yah Pirates of the Caribbean.

Bagi penikmat film, mereka tidak akan kesulitan untuk menemukan akting Orlando Bloom di beberapa film lainnya dan kembali terpesona dengan perannya tersebut. Namun bagi masyarakat awam, atau mereka yang tidak begitu tertarik dengan film, kesan pertama yang muncul saat melihat Bloom adalah tampan.

Baiklah, cukup untuk berbasa-basi tentang ketenaran dan anugerah wajah tampan yang disandang oleh mantan suami top model dunia Miranda Kerr ini. Tak lepas dari Bloom tentunya, dalam kurun waktu satu bulan ini yang ramai diperbincangkan adalah seputar sepakbola yaitu Piala Dunia. Tahukah kalian jika sekarang Orlando Bloom ikut menyemarakkan turnamen akbar tersebut dan telah beralih profesi menjadi seoarang aktor lapangan hijau?

Pict 1: Orlando... Is that you?
Keberadaan Orlando Bloom dalam dunia sepakbola baru saja saya sadari saat timnya berlaga di Piala Dunia melawan Portugal, dia menjadi salah satu pencetak gol di laga tersebut. Perbincangan tentang dirinya semakin santer kala dia mengantarkan timnya melaju ke semifinal berkat gol tunggalnya ke gawang Perancis. Udah ketebak kan dia main dimana, yap Jerman adalah timnasnya.

Jangan bingung karena Orlando Bloom yang saya maksud disini bukanlah aktor Inggris yang bernama lengkap Orlando Jonathan Blanchard Bloom, tapi seorang pemain bola Jerman bernama Mats Hummels. Wajah Hummels jika dilihat sepintas akan mengaburkan pandangan dan pemikiran karena terlalu mirip dengan Bloom. Lihat saja tampilan stylishnya saat berambut gondrong dan saat memiliki kumis yang berhias di atas bibir tipisnya.

Pict 2: bibir tipi semakin menegaskan kemiripan Hummels (kiri) dan Bloom (kanan)
Perpaduan yang sangat indah, selain memiliki wajah tampan yang patut disejajarkan dengan aktor kenamaan Inggris tersebut, Hummels juga memiliki bakat bermain bola yang luar biasa. Tak ubahnya Bloom sebagai peri menyelamatkan dunia di Lord of the Rings, Hummels juga menjadi peri penyelamat Jerman kala mengahadapi Prancis berkat gol tunggalnya. Meskipun berposisi sebagai pemain bertahan, namun kepiawaiannya dalam urusan mencetak gol tak perlu diragukan lagi. Dari 146 pertandingan yang dilakoninya bersama Borussia Dortmund di semua ajang, Hummels berhasil turut menyumbangkan golnya sebanyak 14x.

Penampilan apiknya di klub dan timnas Jerman membuat namanya semakin terkenal dan mengundang para tim besar untuk segera meminang pemain kelahiran Bergisch Gladbach, West Germany pada 16 Desember 1988 ini. Lihat saja Manchester United yang begitu menginginkannya berlabuh ke Old Trafford. MU sepertinya mendapat saingan sepadan dalam mendapatkan tanda tangan Hummels, raksasa Spanyol Barcelona juga tak gentar untuk menikung MU dalam hal ini.

Sebelum negosiasi dengan klub-klub besar itu terlaksana Bloomnya Jerman ini masih akan disibukkan dengan kegiatannya yaitu latihan intensif. Demi bisa melewati hadangan tuan rumah Brasil di semifinal Piala Dunia 2014. Akankah permainannya dapat menebarkan pesona seperti wajahnya yang telah menghipnotis mata para wanita untuk mengaguminya? Hmm....

Pict 3: Hummels saat membela timnas Jerman
~END~

Note: Kemiripan Hummels dan Orlando Bloom ini merupakan pendapat pribadi :))

Minggu, 06 Juli 2014

Argentina Hentikan Sensasi Belgia

Newbie sebutan publik pada timnas Belgia, itu karena mereka baru pertama kali tampil di Piala Dunia 2014. Meskipun ini merupakan penampilan pertama, namun tim yang banyak dihuni oleh pemain muda bertalenta telah menciptakan decak kagum bagi para penikmat sepakbola. Timnas berjuluk  Rode Duivels berhasil menapaki perempat final, dan meraup hasil sempurna di fase grup.

Kenyataan tim baru dan kalah dari tradisi memang sangatlah menyakitkan. Belgia yang dikenal permainannya selalu terlambat panas sudah tertinggal dimenit awal oleh Argentina. Melalui Gonzalo Higuain di menit 8 melalui first timenya dan mengceoh Courtois, terlihat kiper Chelsea yang dipinjam Atletico Madrid itu seperti mati langkah kala akan mengamankan gawangnya dari tendangan Higuain.

Gol tunggal Higuain ini memberikan tiket emas Argentina melangkah ke semifinal. Sayangnya kemenangan ini harus dibayar mahal karena Di Maria harus menepi lapangan akibat cedera. belum bisa dipastikan dia bisa turun saat menghadapi Belanda, dengan ini jelas kekuatan Argentina sedikit tereduksi.

Pict 1: Gonzalo Higuain merayakan golnya ke gawang Belgia
Dalam pertandingan ini ada satu hal yang menarik, tentunya pembahasan mengenai titisan Maradona Messi. Bintang Barcelona tersebut rasanya masih penasaran, mengingat semalam dia tidak bisa menjebol gawang Belgia yang dikawal Courtois. Seperti kita tahu Courtois secara resmi merupakan kiper Chelsea, dan Messi selalu bernasib buruk karena tidak bisa menjebol gawang Chelsea, yang saat ini masih dikawal petr Cech. Bukan hanya itu di liga saja, Messi tidak bisa menembus gawang Atletico Madrid yang dijaga oleh Courtois. 

Akankah ketidak beruntungan Messi dalam menaklukkan kiper Chelsea berimbas pada timnasnya saat semifinal. Selakigus memberikan pembuktian Messi kepada publik Argentina tentang kontribusinya untuk timnas, patut ditunggu penampilan Messi kala menghadapi Belanda pada 10 Juli 2014, jam 03.00.

~END~

Saatnya Pulang, Kosta Rika

Tak terkalahkan dalam 90 menit maupun ekstra time 2x15 menit, tidaklah cukup membawa Kosta Rika melaju ke semifinal. Apalagi tim yang mereka hadapi adalah tim besar yang selalu gagal mencapai juara dan ingin mewujudkan semua itu di PD 2014 ini, yaitu Belanda. menjamu Belanda, tim yang mengalahkan Italia dan Uruguay di fase grup ini mampu menahan imbang Belanda 0-0 hingga perpanjangan waktu.

Pertandingan dua tim ini menyuguhkan sesuatu yang menarik, pantas jika disebut dengan bigmatch, meskipun secara matematis nama Kosta Rika sangatlah jauh dibanding Belanda. Begitu banyak pula kejutan yang tersaji dalam pertandingan tensi tinggi ini. seperti pergantian pemain oleh van Gaal yang dirasa sebagai perjudian besar, hal inipun diakui oleh pelatih yang musim depan akan melatih MU.

Seperti pergantian penjaga gawang demi mengantisipasi terjadinya penalty. Pergantian ini terasa tidak masuk akal sebelumnya. Tim Krul yang sekalipun belum pernah diturunkan, menggantikan posisi Cillesen pada perpanjangan waktu 120+1'. But, it works. Krul sukses mengantisipasi 2 tendangan pemain Kosta Rika yaitu Bryan Ruiz dan M. Umañ, keberhasilan ini sekaligus mengantarkan Belanda ke semifinal, yg telah dinanti Argentina.

Pict 1: Belanda merayakan kemenangan adu penalty atas Kosta Rika
Krul juga membocorkan kesuksesannya dalam adu tendangan penalty pada publik. Dia mengatakan, seolah memberika tekanan dan ketakutan bagi Kosta Rika. Inilah yang membuat punggawa Kosta Rika sedikit bimbang saat akan mentukan arah tendangan, dan dengan mudahnya ditepis oleh kiper Newcastle tersebut. Dan inilah akhir dari petualangan Kosta Rika di Piala Dunia 2014, kini saatnya mereka pulang dan menjadi penikmat di pertandingan selanjutnya. But, still MASSIVE RESPECT for Costa Rica.

~END~

Antiklimaks Timnas Kolombia

Bermain penuh kejutan sepanjang pagelaran PD 2014 menempatkan Kolombia sebagai tim kuda hitam yang cukup sukses. Tim sekelas Uruguay dengan mudah mereka kirim pulang kampung dengan skor 2-0, hal ini tak lepas dari bintang baru Kolombia Jamez Rodriguez, yang memborong dua gol kemenangan tersebut.

Saat coba menapaki semifinal, mereka bertemu tim tangguh yang memiliki tradisi kuat di Piala Dunia. Tim yang juga meraih predikat sebagai tim yang paling banyak memenangi Piala Dunia, sebanyak 5x yaitu Brasil. Tradisi tersebut nampaknya cukup menguntungkan bagi Brasil, dan memberikan tekanan bagi Kolombia.

Brasil yang tampil masih dalam peforma yang kurang meyakinkan, memberi suguhan menarik saat menghadapi Kolombia. Mereka tampil menyerang, masih pada poros permainan Brasil yaitu bertumpu pada penyerang Barcelona yaitu Neymar. Pada menit ke-7 Neymar memberikan umpan matang yang disambut sontekan Thiago Silva, ini membuat Brasil unggul 1-0 hingga babak pertama usai.

Memasuki babak kedua, Brasil semakin bersemangat menambah keunggulan demi memastikan tiket menyusul jerman di semifinal. Beruntung saat Brasil mendapatkan kesempatan melalui tendangan bebas. David Luiz mencoba peruntungannya dengan mengeksekusi tendangan tersebut, sepakannya yang keras dan terukur pasti meluncur deras ke gawang yang dikawal Ospina.

Hanya berselang satu menit dari gol Luiz, Kolombia mendapat peluang untuk memperkecil ketinggalan saat Cesar melanggar Bacca. BIntang Kolombia, Rodriguez mengeksekusinya, dan sukses menipiskan skor 2-1. Namun semua ini tidaklah cukup, karena hingga peluit akhir dibunyikan Brasil tetap unggul 2-1 dan bersiap menghadapi Jerman di semifinal.

Kesempatan pertama selalu memberika kesan mendalam bagi setiap orang, ini pula yang dirasakan Jamez Rodriguez. penyerang AS Monaco ini terlihat sangat terpukul mendapati timnya harus terhenti di 8 besar. Tak ubahnya anak-anak, diapun menangis kecewa, namun standing ovation perlu diberikan pada Alves dan Luiz yang mendatangi Rodriguez dan menghiburnya. Duo Brasil tersebut mengatakan, bahwa Rodriguez merupakan bintang dan pemain bagus. Mungkin kalian bisa melihatnya disini, bagaimana Luiz dan Alves menghibur Rodriguez :))


~END~

Tugas Baru Pemain Bertahan

Ada yang menarik dalam gelaran perempat final, tepatnya pada pertandingan antara Jerman menghadapi Prancis dan Brasil menghadapi Kolombia. Bukan hanya dari segi permainan dan teknik yang diperlihatkan para punggawa keempat timnas tersebut. Bukan juga karena adanya berbagai macam suporter memenuhi stadion dengan atribut yang terlampau unik.

Hal yang menarik disini merujuk pada tugas tambahan dari seorang pemain bertahan atau yang sering kita sebut dengan bek. Tugas tambahan ini bukanlah tugas wajib bagi mereka yang dibebankan oleh sang pelatih, melainkan tugas yang secara tidak sengaja mereka emban ketika melakoni pertandingan.

Di pertandingan perempat final pertama antara Jerman dan Prancis. Seorang pemain belakang yang bertugas sebagai palang pintu sebelum pemain lawan berhadapan langsung dengan kiper turut serta menjadi penentu kemenangan. Mats Hummels aktor dalam pertandingan ini, sundulannya ke gawang Lloris menjadikan gol tersebut menjadi gol tunggal di pertandingan yang berlangsung di Estadio Jornalista Mário Filho, Maracana.

Pict 1: Mats Hummels merayakan golnya ke gawang Prancis
Sedangkan untuk tuan rumah yaitu timnas Brasil, Thiago Silva kapten sekaligus mantan bek tengah AC Milan ini berhasil membuka keunggulana brasil melalui sontekan memanfaatkan umpan Neymar. Tak ingin kalah dengan kompatriotnya di, kini giliran mantan bek Chelsea FC, yaitu David Luiz yang unjuk kebolehan dengan mengeksekusi tendangan bebas. Keras dan terarah, bola sepakan Luiz menghujam deras gawang Ospina.

Pict 2: David Luiz merayakan golnya ke gawang Kolombia
Dua tim tersebut yang memiliki pemain bertahan dengan tugas "tambahan" sebagai penyerang, telah memastikan diri untuk lolos ke semifinal. nantinya dua tim tersebut akan berhadapan memperebutkan tiket final pada 9 Juli 2014, jam 03.00 WIB. Siapakah yang mampu bertahan dan melangkah lebih jauh?

~END~

Jerman Dapatkan Tiket Semifinal Pertama

Melakoni laga 8 besar sebagai pembuka sekaligus menghadapi tim tangguh dari Eropa lainnya, membuat Jerman harus langsung tancap gas sejak peluit dibunyikan. Menekan sejak awal adalah salah satu strategi Jerman untuk memenangkan pertandingan, dan mempertahankan tradisi sebagai tim yang tidak pernah absen berada di semifinal selama 4 tahun berturut-turut mulai PD 2002.

Pict 1: Skuad Jerman merayakan gol tunggal Hummels
Ozil dan Toni Kroos mulai memberikan tekanan pada anak asuh Didier Deschamps, namun sepakan Ozil masih bisa di blok oleh Lloris. Sedikit berbeda strategi yang diterapkan Loew kal ini. Pelatih bergaya parlente ini menempatkan Lahm pada posisi aslinya yaitu sebagai bek. Jitu memang, pertahanan Jerman lebih kuat, meskipun Prancis berkali-kali coba mengancam.

Keasyikan menyerang dan memanjakan Bezema, skuad Prancis lengah dan terjadi serangan di daerah pertahanannya. Untuk menghentikan serangan Jerman, Prancis melakukan pelanggaran yang berujung pada terciptanya gol. Toni Kroos mengeksekusi tendangan bebas, dengan tenang Mats Hummels menyambut tendangan tersebut dengan sundulannya dan bola meluncur deras ke gawang Prancis. 1-0 untuk Jerman.

Merasa sudah unggul, Jerman membangun pertahanan yang lebih tangguh demi mementahkan gempuran Prancis yang dimotori oleh Valbuena. Jerman patut berterima kasih pada Neuer, karena kepiawaiannya mengawal gawang dan membuat para rekannya sedikit bisa bernafas lega dalam membangun serangan.

Dalam serangan Jerman kali ini terlihat satu-satunya striker murni yang dimiliki Jerman, Klose memasuki kotak penalty dan mendapat pelanggaran dari Debuchy, sayang wasit tak bergeming. Pertandingan kembali dilanjutkan, hingga babak pertama usai skor bertahan 1-0 untuk keunggulan Jerman.

Masuk babak kedua terlihat Prancis begitu getol untuk mengejar ketertinggalan, berkali-kali Valbuena memberikan crossing namun digagalkan oleh Hummels. Tidak hanya Valbuena, kini giliran pemain yang baru melakukan debutnya di PD 2014 yaitu Griezmann. Pergerakannya yang cukup lincah membuat salah satu pemain Jerman harus menghentikannya, Sami Khedira. Sayangnya upaya tersebut terhitung sebagai pelanggaran, pemain Real Madrid ini harus menerima kartu kuning.

Tidak ingin berhenti hanya pada 1-0 saja, Jerman kembali menambah daya gebraknya dengan memasukkan Schuerrle menggantikan Klose. Prancis tak mau kalah, Deschamps coba memasukkan Giroud.

Serangan Prancis seolah menemui jalan buntu saat menemui tembok besi Mats Hummels. Selain memberikan keunggulan bagi Jerman bek Dortmund tersebut berhasil menggagalkan upaya Prancis untuk mengejar ketertinggalan. Memasuki menit akhir, Benzema mendapat kesempatan, namun sekali lagi penampilan Neuer menggagalkan harapan publik Prancis. benzemapun terlihat begitu putus asa mengingat waktu yang semakin mendekati akhir. Sampai peluit panjang dibunyikan jerman sukses mempertahankan keunggulan 1-0 dan melenggang sebagai tim pertama di semifinal PD 2014

~END~