Rabu, 24 September 2014

That's Hurt - (Another Story from Frank Lampard)

Hari itu akhirnya datang juga, penantian para penikmat sepakbola yang sungguh tidak sabar ingin menikmati pertunjukan berkelas yang sarat akan emosi. Berbeda dengan kisah klasik yang selalu tersimpan rapi dalam pertandingan bertajuk BIGMATCH, pada liga termegah di dunia English Premier League (EPL). Bukan hanya mengenai gengsi kedua tim yang terkenal sangat loyal dalam menghamburkan uang di era sepak bola modern. Bukan juga sekedar persaingan pemain bintang yang terkenal memiliki ego tinggi dan ingin meraih kemenangan demi menahbiskan diri sebagai tim kaya terbaik di Liga Inggris. Bukan pula pertarungan taktik yang akan tersaji di Etihad antara kedua pelatih jenius sekaliber Jose Mourinho dan Manuel Pellegrini. Lebih dari itu, yang membuat emosi dari fans fanatik kedua kubu meluap, mengisi seluruh penjuru stadion berkapasitas 45.000 penonton tersebut.

Pict 1: Lampard siap hadapi mantan klub
Kehadiran sosok kharismatik bernama Frank Lampard lah yang menjadi sorotan dalam gelaran laga panas di pekan ke-5 EPL antara Manchester City sang juara bertahan dengan Chelsea. Menariknya kehadiran Lampard disini bukan sebagai punggawa Chelsea, melainkan sebagai tuan rumah yang menyambut tamunya yaitu Chelsea. Seperti yang telah diketahui publik sepakbola jika dalam kurun waktu 6 bulan Lampard akan mengabdikan diri lagi di pentas EPL. Pengabdian tersebut bukan untuk klub yang dibelanya selama 13 tahun ini yaitu Chelsea melainkan rival dalam satu dekade terakhir yaitu Manchester City. Peristiwa yang sangat janggal menggunakan jersey biru, namun bukan seragam biru kebesaran milik Chelsea.

Ribuan fans Chelsea maupun Manchester City yang memadati stadion, sepertinya menunggu momen langka tersebut tersaji dihadapan mereka. Sayang Pellegrini tidak serta merta mengabulkan keinginan terpendam ribuan fans tersebut. Pelatih sekaliber Pellegrini tentunya tahu situasi yang tepat untuk menurunkan pemainnya, mengingat pertandingan yang dihadapi kali ini menghadirkan lawan yang diatas kertas seimbang dengan kemampuan City. Entahlah apa yang dipikirkan mantan pelatih Real Madrid tersebut menyimpan pemain bintangnya dalam pertandingan penting ini. Terlihat Samir Nasri dan Frank Lampard menempati kursi panas sembari menyaksikan pertandingan tensi tinggi tersebut.

Pict 2: Lampard dan Nasri hiasi bangku cadangan di babak pertama
Begitu banyak pertanyaan muncul dalam benak saya, menerka-nerka apa yang terlintas dikepala pelatih berkebangsaan Chile itu. Berbagai pertimbangan tidak menurunkan Lampard di saat menghadapi mantan klub yang dibelanya selama 13 tahun. Secara psikologis, hal tersebut dapat merusak konsentrasi pemain Chelsea yang terlihat jelas menaruh rasa hormat begitu tinggi pada sosok jenderal lapangan yang identik dengan nomor 8 itu. Pertimbangan lain Pellegrini yang terlintas lagi adalah, menyiapkan serta merangkai puzzle mental seorang Frank Lampard untuk menghadapi mantan timnya tersebut. Bukanlah hal mudah memang bagi Lampard yang telah dilabeli sebagai sosok "legenda" di Chelsea dan kini malah harus balik menyerang mantan klubnya tersebut.

Pertandingan akbar yang diharapkan menyuguhkan sebuah pertunjukan menarik antara kedua tim dengan adanya jual beli serangan, nampaknya hanya akan berjalan membosankan. Hingga babak pertama usai kedua tim harus berbagi angka 0-0, mereka memilih bermain aman. Chelsea sebagai tim tamu dengan status pemuncak klasemen tidak terlalu memberikan perlawanan sengit kepada City. Sedangkan City yang ingin memangkas jarak coba membangun serangan demi menghancurkan benteng pertahanan Chelsea yang kini dikawal oleh kiper muda asal Belgia, Thibaut Courtois.

Permainanpun semakin menjurus pada kekerasan, terlihat beberapa buah kartu kuning keluar masuk dari kantong si pengadil lapangan, Mike Dean. Puncaknya adalah saat Pablo Zabaleta dan Diego Costa terlibat baku hantam dan menghasilkan kartu kuning bagi keduanya. Sial untuk Zabaleta karena ini merupakan koleksi kedua kartu kuningnya dalam laga tersebut. Unggul jumlah pemain tak disia-siakan oleh Chelsea, Andre Schurrle yang masuk sebagai pemain pengganti membayar kepercayaan Mourinho dengan menceploskan gol di menit 71.

Tak butuh waktu lama bagi Pellegrini mengubah strategi permainan anak asuhnya, demi mengamankan poin di laga kandang. Tepatnya pada menit 78, sosok yang dinantikan oleh seluruh penikmat sepakbola masuk menggantikan Kolarov, yap Frank Lampard. Sorak penonton terdengar diseluruh penjuru Etihad stadium. Terlebih para fans Chelsea mereka melakukan standing ovation demi memberikan penghormatan bagi pahlawannya, yang telah mentahbiskan dirinya sebagai top skorer sepanjang masa Chelsea dengan torehan 211 gol. Mereka membentangkan banner yang selalu menghiasi tribun Stamford Bridge bertuliskan "SUPER FRANKIE LAMPARD" Sedikit mengingatkan status mereka bahwa pahlawannya kini menempati kubu yang berbeda, fans City pun ambil bagian untuk memberikan semangat positif kepada Lampard.

Pict 3: Banner Super Frank menghiasi Etihad Stadium
7 menit berselang, sebuah drama yang akan selalu dikenang publik sepakbola dunia tercipta, dimana Lampard berhasil membobol gawang mantan klubnya Chelsea. Tendangan first time pemain yang dianggap paling pintar sejagat ini gagal di blok oleh mantan kompatriotnya di Chelsea, John Terry. Betapa mengharukannya kisah kedua mantan punggawa Inggris ini, dimanapun mereka selalu berdua dan seperti terdapat ikatan kuat dan chemistry yang begitu mendalam antara keduanya. Namun kini sebuah kata profesionalitas harus dijunjung tinggi dan sedikit melukai ikatan yang ada.

Pict 4: Proses terjadinya gol Lampard (1)
Pict 5: Proses terjadinya gol Lampard (2)
Pict 6: Proses terjadinya gol Lampard (3)
Gol penyama kedudukan oleh Super Frank itu tak lantas membuat dirinya jumawa, tersirat sebuah kebimbangan dalam sorot matanya. Bapak dua anak ini hanya melenggang dan memeluk rekannya di City tanpa melakukan selebrasi apapun. Diapun seolah coba menyiratkan sesuatu kepada David Silva untuk melakukan selebrasi yang tidak berlebihan dengan mengangkat tangan kirinya untuk menyampaikan pesan yang dimaksudkan. Fans City yang menanti gol tersebut seolah tak mempedulikan lagi keberadaan Lampard sebelum di City dan langsung bersorak merayakan kemenangan. Sedangkan fans Chelsea tetap menaruh rasa respectnya kepada Lampard, sehingga mereka coba untuk menutupi kekecewaan tersebut hanya dengan tepuk tangan, hal ini membuat bulu kuduk merinding karena mereka masih saja meneriakkan nama Lampard dengan julukannya "Super Frank"

Pict 7: Lampard tak selebrasikan golnya (1)
Pict 8: Lampard tak selebrasikan golnya (2)
Pict 9: Pemain City, rayakan gol Lampard
Gol ini menjadi penutup dari sebuah pertandingan sarat emosi. Tak berhenti hanya disitu, fans masih disuguhkan drama yang sesungguhnya saat Lampard harus menjabat tangan mantan rekan setimnya seperti Terry, Drogba, Hazard, Petr Cech, tak ketinggalan pemain baru seperti Schurrle yang secara terang-terangan mengatakan bahwa Lampard idolanya. Kemudian dilanjutkan dengan Lampard mengucapkan salam perpisahan kepada fans Chelsea yang belum sempat dilakukannya di laga home terakhir Chelsea musim 2013/2014. Dengan bangganya mereka meneriakkan kembali chants untuk Lampard
"Super.... super Frank
Super.... super Frank
Super.... super Frank
Super Frankie Lampard"


Pict 10: Lamperry (Lampard-Terry) moment
Pict 11: Lampard dan Cech setelah pertandingan
Pict 12: Lampard dan Drogba lepas kerinduan
Lampard hanya bisa mengangkat kedua tangannya dan bertepuk tangan sembari mengucapkan banyak terima kasih kepada mereka yang telah mendukungnya penuh. Sebuah kehormatan baginya membela sebuah klub besar selama kurun waktu 13 tahun, tak sedikit pula segala rintangan dan peristiwa penting yang dia lewatkan bersama klub milik Roman Abramovich tersebut. Hal yang sangat disayangkan dari pertandingan tersebut adalah saat Mourinho langsung meninggalkan lapangan saat pertandingan usai tanpa melakukan jabat tangan dengan Lampard.
 
Pict 13: Lampard ucapkan terima kasih dan salam perpisahan untuk fans Chelsea
Disela interviewnya setelah pertandingan Lampard mengungkapkan segala rasa yang ada dalam benaknya selama pertandingan berlangsung.

"I had 13 amazing years with Chelsea
Im a bit lost for words...
I didn't expect to score and for the Chelsea fans to sing my name...
 I have lot of respect for Chelsea fans"

  "I'd be unprofessional if I didn't come on and do my job... 
I'm a bit lost for words, I didn't expect to come on and score."

"I woke up this morning and didn't know what i wanted today."

Untuk melihat interview lengkap Lampard setelah pertandingan usai bisa langsung klik di  Video: Lampard after the Game 

Gol tersebut nampaknya menjadi topik hangat untuk diperbincangkan, terbukti setelah gol tercipta nama LAMPARD menjadi trending topic world wide di twitter. Tak kalah mencengangkan adalah saat legenda Arsenal Ian Wright turut serta memperlihatkan ketidak percayaannya atas gol tersebut dalam twitternya dengan hanya mencantumkan emoticon histeris dan disertai gambar dibawah 
Pict 14: Ian Wright histeris atas gol Lampard
Begitu pertandingan usai, pemain dari kedua kubu memberikan komentarnya masing-masing mengenai pertandingan namun tak jauh dari topik Lampard. Tak jarang dari mereka ikut memposting foto kebersamaan Lampard dalam waktu singkat usai pertandingan.

Pict 15: John Terry on instagram about Lampard
Pict 16: Didier Drogba on instagram about Lampard
Pict 17: Cech on twitter about Lampard
Bos baru Lampard yaitu Manuel Pellegrini juga tak ingin ketinggalan memberikan apresiasi kepada pahlawan City di laga itu.

"Frank will stay until January because until January,
 he doesn't have anything to do in the United States
because they are not working.
In January, we will see what happens here and make a decision.
It is not a problem in this moment. 
It (his goal) was important because it was the goal that allowed us not to lose that match."

Dengan kesuksesannya membobol gawang Chelsea mencatatkan rekor baru untuk dirinya, yaitu rekor cetak gol Lampard ke 39 gawang klub yang berlaga di English Premier League. Welldone Frank :)

~TO BE CONTINUED...~

PS: Berita soal Lampard gak pernah make penutupan END :))

Senin, 18 Agustus 2014

Comberan Pertama

Perhitungan kalender Jawa terkadang perlu mendapatkan perhatian lebih, seperti perhitungan hari sial seseorang yang lahir pada bulan a, b, c, dst. Seperti yang saya alami hari ini, bukan sepenuhnya kepercayaan mistis yang menjadikan kita syirik kepada Tuhan. Kepercayaan ini merupakan tradisi atau istilahnya mitos masyarakat Jawa, namun tidak keseluruhan. Oke ini bukan lagi ngomongin masalah mitos atau tradisi Jawa, ini membicarakan kesialan saya.

Momen di hari kemerdekaan gak pernah lepas dari yang namanya lomba 17an, begitulah di kampung saya menyebutnya. Sebagai remaja (beranjak dewasa-aelaaaaah) yang cinta Indonesia saya ikut menyemarakkan, tentunya bukan sebagai peserta lomba karena terlalu dewasa, namun sebagai panitia. Hari ini adalah lomba futsal kategori anak, maksimal bagi mereka yang duduk di kelas 3 SMP. Pertandingan ini diadakan di lapangan voli, sebelah timur rumah saya.

Singkat cerita, saya datang tanpa membawa peralatan perang (read: kamera - as photographer) so handphone di saku sebelah kiri dan flashdisk di saku sebelah kanan. Intermezzo, celana yang saya gunakan ini dulunya kekecilan akibat berat badan yang sempat melonjak, lama tak terpakai di lemari pakaian. Merasa berat badan sedikit menyusut kupakailah itu celana, tanpa kusadari saku yang sebelah kiri ternyata bolong.

Oke, gambaran tempat lomba tersebut adalah lapangan voli disulap sebagai lapangan sepakbola mini. sebelah timur adalah tempat wasit yang dipakai untuk nongkrong penonton, wasitnya pindah ke sebelah barat. Selain tempat wasit sebelah barat lapangan voli adalah got atau anggaplah sebagai comberan dengan genangan air menghitam. Namun sudah ditutup hanya ada sedikit celah kira-kira luasnya 1 meter persegi yang ditutup oleh bambu.

Tutup bambu tersebut memiliki celah-celah, dan saya berdiri diatas penutup comberan tersebut, namun lebih agak ke pinggir. Sedetik kemudian terdengar suara benda jatuh tepat diatas penutup comberan berupa cor semen, dug!!!. Tak lama setelah bunyi tersebut terdengar bunyi lanjutannya, plung!!!. Benda tumpul jatuh di cor semen kemudian memantul dan langsung masuk ke comberan. Tenang, itulah saya ketika melihat hal tersebut, karena kesadaran saya yang masih berada di tribun Anfield (abaikan). kemudian teriakan para peserta lomba mengembalikan kesadaran saya. "Lhoooh rek opo iku sing nyemplung?" (Lhoh kawan apa itu yang jatuh) "Woooh hp e Mbak Dewi, mbak hp e sampean nyemplung buahahaha" (Woooh hpnya Mbak Dewi, mbak hp kamu jatuh buahaha).

Speechless!!! itu hp gak pernah sekalipun berkenalan dengan air, tapi sekalinya kenal kenapa yang pertama harus COMBERAN, that suck!!! Oke aku mulai panik, wajah alay sudah tercetak di raut muka, sesekali menahan napas akibat bau comberan. Matapun merah, salah kalau kalian berpikiran saya menangis karena handphone nyemplung comberan, tapi karena mau muntah gegara baunya. Seketika teman saya menjadi pahlawan, tanpa rasa jijik dia mengambil handphone saya dalam comberan, diangkatlah si Mance (nama handphone saya) dalam keadaan masih menyala, wohooo sakti kan? (abaikan lagi).

Tanpa pikir panjang saya langsung masuk kerumah kawan saya yang ada disekitar lapangan voli tersebut, berniat untuk mencuci Mance di kamar mandinya. Sial yang kedua adalah kamar mandi tersebut digunakan oleh si empunya rumah, untungnya ada kran diluar kamar mandi. Seketika itu juga langsung kulucuti Mance, mulai lepas chasing, baterai, simcard, dan memory card. Saking jijik dengan baunya, saya mencuci Mance dengan overprotektif, layaknya itu cucian yang sudah bertahun-tahun tak pernah kena air.

Berbekal rasa ingin menyelamatkan Mance serta keuangan saya agar tidak beli handphone baru (read: kikir), Mance kali ini saya lucuti kembali dengan membuka screen guard dan keypadnya. Sok asik aja saya jemur dipinggir lapangan voli, tanpa mempedulikan lomba yang sedang berlangsung. Banyak sekali teriakan dari kawan-kawan sesama panitia. "Jasik, koyok Roma ae" (Fuck, kayak Roma* aja). Peduli setan dengan omongan mereka, yang penting Mance selamat. Sekitar 1 jam Mance kujemur dibawah sinar matahari, saat lomba berakhir kusatukan kembali rangka Mance dan membawanya pulang.

Belum selesai kesialannya, karena saya masih tidak sadar jika saku kiri tersebut bolong, kumasukkan lagi kedalamnya. Saat berusaha mengayuh sepedaku agar lebih kenacang dengan cara berdiri, si Mance jatuh lagi. "Mbak hp e sampean lugur lho, wahahaha" (Mbak hp kamu jatuh lho wahahaha). Kampreeeeet!!! nih bocah kenapa pada doyan banget sih ngatain kurang apalagi nih penderitaan. Namun dengan jatuhnya Mance kali ini, sekaligus menyadarkan saya kalo saku celana ini bolong.

Sesampainya dirumah, Mance kembali aku cuci kali ini lebih bersih kemudian seolah berada di salon papan atas aku hairdryer. Bukan hanya hairdryer panas tapi juga hairdryer dingin supaya benar-benar kering dan tidak berembun. Kesempatan ini tidak kusia-siakan, sekaligus melakukan pembersihan pada Mance terutama dibagian layar yang penuh dengan debu. Biasanya pembersihannya menggunakan alkhohol, namun karena lupa peletakannya dimana facetonic-pun sebagai penggantinya. Ini juga niruin pepatah Tak ada rotan akarpun jadi, tak ada alkhohol facetonicpun juga gak masalah.

Setelah selesai pembersihan dan pemasangan kembali, kini Mance kembali menjadi tampan, namun suara getarnya sedikit serak, yah pasti masih ada sedikit air yang tersisa di organ dalamnya. Saatnya melakukan tips tradisional, mendiamkan handphone ke dalam beras. Hanya butuh satu jam dan hasilnya, taraaaaaaa.... Mance sembuh dan kembali bisa digunakan seperti semula tanpa ada kerusakan sekecil apapun. Mungkin hanya tunggu waktu karena terdapat embun di lensa kameranya. Suaranyapun semakin seksi, sera-serak basah gitulah... And I'm feel blessed after this one, thank God you've saved me :)

Pengalaman berharga kali ini yang saya dapat adalah:
1. Cek saku celana sebelum memakainya, pastikan jangan ada lubang sekecil apapun
2. Jangan pernah berdiri dipenutup comberan yang dari bambu bercelah
3. Segera lakukan pertolongan pertama dengan mencucinya memakai air kran
4.Penggunaan hairdryer, gunakan yang panas untuk mengeringkan dan gunakan yang dingin untuk penanggulangan munculnya embun
5. SIRAM PAKE COMBERAN ORANG-ORANG SEKITAR YANG NGATAIN KAMU (sumpah yang ini ngasal)
6. Jangan lupa update status disegala sosial media yang kamu punya, supaya dapet perhatian. Kali aja ada yang nawarin kasih HP baru :D

~END~

*Roma = Rombengan Malang (Tempat menjual barang bekas di daerah Malang)

Sabtu, 26 Juli 2014

King Drogs is Back

Welcome back King Drogs ucapan itu memenuhi segala penjuru jejaring sosial yang aku punya. Dimulai dari yang paling rame, oke twitter. @chelseafc yang telah mengkonfirmasi kedatangan pemain terbaik Chelsea tahun 2010 ini.

Pict 1: Drogba resmi kembali ke Chelsea
Bukan hanya official twitter dari Chelsea FC saja, salah satu pemain senior yang pernah merumput bersama Drogba juga menyambut baik kedatangannya. Dia adalah sang kiper utama Chelsea Petr Cech, tertulis jelas di official twitternya. Terlihat bahwa Cech sangat senang melihat kawannya itu kembali berseragam biru milik Chelsea setelah berkelana ke China dan juga Turki.

Pict 2: Tweet Cech untuk Drogba
Instagram, tapi kalo di instagram hanya dari official Chelsea saja yang memberi selamat, serta ungkapan bahagia kepada penyumbang 100 gol untuk Chelsea ini semasa karirnya. Fans Chelsea dan fans Drogba terlihat sangat antusias menerima kabar bahagia ini, mereka berlomba-lomba memberikan komentarnya di instagram. Lebih lucunya komentarnya ada yang menggunakan bahasa dari masing-masing negaranya sendiri lho.

Beberapa dari mereka sepertinya sudah tidak sabar untuk menyaksikan aksi King Drogs di lapangan. Seperti yang kita tahu saat ini, semenjak kepergiannya tidak ada striker yang cukup mumpuni menggantikan perannya meskipun dengan harga selangit. Contoh nyata Torres, dengan harga £ 50 juta (50 juta poundsterling), gol yang dihasilkan pun tak sebanding dengan harganya. Meskipun harus diakui kadang gol Torres menjadi penentu dan pintarnya dia membuaka ruang untuk rekan setimnya. Romelu Lukaku, striker muda ini selalu menjadi bayang-bayang Drogba, diramalkan akan menjadi penerus Drogba, namun permainannya sangat jauh dari harapan. Eto'o, meskipun terkenal sebagai striker mematikan di Barcelona dan Inter Milan, namun kemampuannya tidak terbukti kala merumput di Chelsea.

Beberapa striker kenamaan yang gagal bersinar di Chelsea itu rasanya harus siap untuk kembali menghuni bangku cadangan saat Drogba kembali. Saingan Drogba yang jelas terlihat kini adalah Diego Costa, striker asal Spanyol yang baru saja diboyong Chelsea dari Atletico Madrid. Hal tersebut tak lain karena penampilan apik di klub lamanya dan harga yang cukup melambung. Namun bukan berarti Costa lantas bisa mendongakkan kepala dengan mudah, seperti kita tahu banyak striker bintang yang gagal beradaptasi dengan kultur permainan Chelsea. Oleh karena itu fans begitu berharap dengan kembalinya Didier Drogba, sang juru selamat yang menjadi penentu kemenangan dalam adu penalti melawan Bayern Munchen pada final Champions League 2012 silam.

Pict 3: Posting official instagram Chelsea FC tentang kembalinya Drogba (1)
Pict 4: Posting official instagram Chelsea FC tentang kembalinya Drogba (2)
Tak ketinggalan di facebook juga ramai diperbincangkan hanya saja tidak segencar seperti pemberitaan melalui twitter. Kembalinya Drogba menuai banyak pujian dan harapan, namun saya sedikit kurang tertarik. Pandangan subjektif saya mengatakan bahwa Drogba bermain segemilang itu karena mendapat servis yang cukup bagus dari seorang Frank Lampard, sedangkan kita tahu Lampard baru saja resmi menandatangani kontrak bersama NYCFC (New York City FC). The big question is, Who's gonna serve him if Lampard not in Chelsea anymore....? Dapatkah Drogba mengulang kesuksesannya tanpa tandemnya tersebut? Pertanyaan kecil yang mengganggu otak saya ini nantinya akan terjawab dengan sendirinya saat musim kompetisi 2014/2015 berlangsung.


PS: Welcome back King Drogs, good luck for your new adventure on Chelsea. Hope you can as top scorer or the best player on Chelsea in this season

"Didier Drogba, tra la la la la,
Didier Drogba, traaa la la la la,
Didier Drogba, tra la la la la,
Didier Drogba, traaa la la la la..."

~END~

Sabtu, 19 Juli 2014

FRANK LAMPARD - Sebuah Harga 13 Tahun Pengabdian

Sudah satu bulan lebih semenjak Chelsea menyatakan bahwa Lampard bebas transfer, oooooooh hal itu masih terasa sesak sampai saat ini. Masih saya tidak bisa menerima kenyataan bahwa musim 2014/2015 tidak akan melihat sosok Lampard menghiasi lini tengah Chelsea, atau sekedar menghiasi bangku cadangan kala Mourinho memberi kesempatan pada pemain muda lainnya. Selain itu saya harus menerima kenyataan bukan hanya musim itu  saja Lampard memberikan kekosongan dihati saya kala harus menyaksikan laga Chelsea, tapi itu seterusnya hingga ia menyatakan dirinya untuk gantung sepatu dan kembali mengabdi ke Chelsea sebagai staf pelatih ataupun staf dalam manajerial Chelsea.

Pict 1: Selebrasi Lampard setelah mencetak gol
13 tahun sudah pengabdian sosok yang bernama lengkap Frank James Lampard Junior kepada klub yang berdiri mulai 1905 ini. Tepatnya pada 15 Mei 2001 (ini aku nyontek wikipedia) dan saat itu Lamps masih berumur 22 tahun. Saya menganggap ini merupakan kejelian dari pelatih Italia bernama Claudio Ranieri yang berani membeli sosok pemain muda dengan banderol yang cukup tinggi. Yah anggap saja ini menjadi kebiasaan di Inggris, yang melabeli pemain asli Inggris dengan harga fantastis. Seiring berjalannya waktu dan dengan datangnya taipan asal Rusia bernama Roman Abramovich yang banyak memberikan perubahan di Chelsea pada tahun 2003, performa Lampard semakin hari semakin meningkat.

Sayangnya saya menyadari aura kebintangan Lamps saat dia sudah sekitar 4 tahun menginjakkan kakinya di Chelsea, tepatnya saat Chelsea menjadi juara liga Inggris (format EPL) untuk pertama kalinya di musim 2004/2005. Yah, mungkin sejak saat itulah saya bagaikan anak remaja yang mulai mengidolakan pemain sepakbola tanpa adanya doktrin dari kakak perempuan saya. Hingga saat inipun rasanya sulit melupakan sosok Lampard yang telah melekat erat dengan Chelsea. Percaya atau tidak, semenjak kepergiannya setiap kali membaca artikel maupun berita yang menyinggung soal Lampard dengan beribu kata bijaksananya meninggalkan Chelsea ataupun kesan para pebola, pelatih dan staf Chelsea kepadanya air mata ini pecah. Lampard adalah Chelsea dan Chelsea adalah Lampard, bagi saya dan hal tersebut sama seperti yang telah dia katakan

"This club becomes you.
Once you've played for it,
you're always welcomed back for the rest of your life,
so you become Chelsea and it becomes you"

Ooooh God, air mata ini pecah lagi jika harus mengingat kata-kata ini yang diucapkannya saat meninggalkan Chelsea. Mengapa dia begitu tegar, bijaksana dan dengan lapang dada menerima apa yang dilakukan klub padanya dengan segala pengorbanannya selama 13 tahun. Mungkin banyak perbedaan pendapat disini, tapi saya menganggap dia didepak atau dibuang hanya karena umurnya yang tidak muda lagi serta ketidakcocokan strategi pelatih jika dia masih berada di Chelsea.

Teringat jelas bagaimana saya begitu terkesima dengan gol-gol indahnya, gol yang dia ciptakan semata-mata hanya untuk membawa kemenangan bagi tim yang dia anggap telah membesarkan namanya. Selebrasi dengan mencium logo Chelsea di dada kirinya dan berlari menghampiri fans ditribun dan berteriak penuh semangat. Semua fans berdiri menyambutnya dengan suka cita, kemudian mereka membuat  seluruh manusia di stadion merinding dengan nyanyiannya yang begitu menggema


"Super... super Frank
super... super Frank
super... super Frank
super Frankie Lampard"

Lagu sederhana yang jika dilihat hanya ada tiga kata tersebut selalu menggema kala Lampard mencetak gol. Demi menghargai pahlawan Chelsea, lagu tersebut juga berkumandang saat lampard gagal mencetak gol. Tak hanya itu lagu Super Frank juga merupakan penyemangat, saat Lampard berlarian menggiring bola. Betapa merindingnya kala lagu itu terdengar kembali dan bukan untuk ketiga alasan yang saya sebutkan, tapi kala mengiringi kepergian Lampard meninggalkan Chelsea, menyesakkan bukan?

Pict 2: Banner SUPER FRANK setia menghiasi Stamford Bridge
Berbicara soal gol, yang paling berkesan dan saya ingat adalah gol Lampard ke gawang Barcelona dalam turnamen Champions League, kira-kira tahun 2006-2007. Spektakuler, gol itu rasanya cukup menggambarkan gol yang tercipta melalui sudut sempit, tepatnya sebelah kanan gawang Barcelona. Pada saat itu Lampard sudah sangat dekat dengan garis, namun dengan cerdiknya dia melepaskan tembakan yang tidak terlalu keras, yang tidak dapat diantisipasi oleh kiper. Bolanya meluncur deras ke gawang Valdes, ini memberikan angin segar kepada punggawa lainnya untuk mengejar ketertinggalan mereka dari raksasa Spanyol tersebut. Sayang ketika menapaki semifinal Chelsea harus kalah oleh Liverpool.



Selanjutnya masih di turnamen yang sama yaitu Champions League, Chelsea berhasil menggapai final pertamanya dan menghadapi seteru abadinya dari Inggris yaitu Manchester United. berbekal pemain yang ditinggalkan Mourinho, Chelsea masih harus banyak belajar dari MU, mereka kalah dalam laga adu penalti. Istimewanya adalah, Lampardlah yang berhasil menyamakan kedudukan saat Chelsea tertinggal 1-0 oleh gol Cristiano Ronaldo, dan memaksa laga berakhir dengan adu penalti. ketegaran Lampard begitu kentara, kala dia menghibur sahabatnya yaitu John Terry yang gagal mengeksekusi penalti. Tersirat kesedihan diwajah tampannya, namun tak sedikitpun air mata keluar dari pelupuk matanya.

Pict 3: Lamperry (Lampard - John Terry)-1 Lamps menghibur Terry yang gagal mengeksekusi penalti
Pict 4: Lamperry (Lampard - John Terry)-2
Sebelum pertandingan final tersebut, Chelsea kembali bertemu dengan musuh bebuyutannya Liverpool. Kali ini mereka berhasil membalas dendam, namun tangis air mata sempat terjadi dalam pertandingan yang menguras emosi, pasalnya sebelum pertandingan ini berlangsung Lampard harus berduka akibat meninggalnya sang Ibu yang terkena pneumonia. Gol kemenangan yang dilesakkan Lampard, dirayakannya dengan menunjuk langit biru dan mencium ban hitam tanda duka cita untuk sang Ibunda tercinta.

Pict 5: Lampard mencetak gol dan siap melakukan selebrasi
Pict 6: Selebrasi Lampard ditujukan untuk Ibunya yang baru meninggal disambut Drogba dan Carvalho
Pict 7: Puncak selebrasi Lampard, mencium ban hitam tanda duka cita untuk Ibunya
Teringat jelas bahwa semenjak kepergian Mourinho dari Chelsea di tahun 2007, banyak pihak yang meramalkan Lampard akan mengikuti jejak sang pelatih karena kedekatan hubungan antara mereka. Namun niat tersebut diurungkannya meskipun banyak sekali iming-iming gaji melimpah yang nantinya akan diberikan untuk Lampard. Amanat sang Ibu dan rasa cintanya yang begitu mendalam kepada Chelsea lah yang membuatnya tetap bertahan hingga ada keputusan klub tersebut membuangnya.

Buah kerja keras dan jatuh bangun yang dialaminya kala berjuang di Liga Champion akhirnya berhasil dia raih. Pertama kalinya Chelsea berhasil meraih trophy paling bergengsi di Eropa dengan mengalahkan Bayern Munchen dalam babak adu penalti. Bukan hanya piala tersebut yang istimewa namun keberadaan Lampard kala itu yang menjadi kapten menggantikan John Terry dan berhasil mengeksekusi penalti, meskipun bukan sebagai penentu seperti Didier Drogba. Tangisan bahagia suporter Chelsea terdengar diseluruh antero Allianz Arena Stadium. Chelsea berhasil memecahkan rekor dan menumbangkan tim besar di final tepat dikandangnya sendiri. Hal menyedihkan yang tersisa di final UCL 2012 tersebut adalah, semua eksekutor panalti di final itu sudah tidak tersisa lagi di Chelsea. Juan Mata telah menjadi pemain MU, David Luiz dijual ke PSG dengan harga fantastis, Ashley Cole melenggang ke Roma dengan status free transfer, Didier Drogba sang penentu malah meninggalkan Chelsea lebih dulu menuju Shanghai Senhua. Terakhir adalah Super Frank yang dirumorkan akan merumput di klub MLS, New York City FC.

Pict 8: Lampard mengangkat trophy UCL pertama kalinya
Pict 9: Kebahagiaan lampard mencium trophy UCL 2012
Pict 10: Seluruh staf Chelsea melakukan perayaan kemenangan UCL dan berkeliling kota London
Tahun selanjutnya permainan Chelsea di liga Champion menurun, sudah menjadi tradisi mungkin jika sebuah tim yang mengidamkan trophy UCL untuk pertama kalinya ketika telah didapatkan maka penampilan selanjutnya akan biasa saja (flop). Chelsea gagal melewati fase grup dan harus tersingkir dari Liga Champion untuk turun kasta bermain di Europa League. Dibawah asuhan Rafael Benitez, mereka berhasil melaju hingga final melawan Benfica. Final kali ini Lampard kembali ditunjuk sebagai kapten, akhir yang manis bagi pria kelahiran Romford, England 20 Juni 1978 tersebut. Dia berhasil membawa timnya kembali menjadi juara di kancah Eropa meskipun di kasta keduanya. Kenangan manis seorang Frank Lampard di masa pengabdiannya terhadap Chelsea.

Pict 11: Lampard kembali berhasil meraih trophy Europa League sebagai kapten
Pict 12: Selebrasi Lampard mengangkat trophy Europa League tahun 2013
Kembalinya Mourinho di tahun 2013 memberi angin segar kepada fans dan klub, karena dia merupakan pelatih yang sangat dicintai fans, tak lepas dari prestasinya memberi banyak gelar untuk Chelsea di musim pertamanya dahulu. Melihat strategi yang diterapkan, sedikit keraguan pada hati saya nantinya Lampard akan dipertahankan, sekali lagi saya cukup lega karena sempat terdengar wacana jika Lampard akan pensiun di Chelsea pada tahun 2014. Kedekatan hubungan dengan Mourinho bisa saja memberikan Lampard kepercayaan diri untuk terus melanjutkan karirnya di Chelsea dan menunda pensiunnya. Namun pada tanggal 3 Juni 2014 berita mengejutkan terngiang di telinga saya jika Lampard berstatus bebas transfer dan Chelseapun enggan untuk memberikannya perpanjangan kontrak baru.

Hal tersebut bukanlah sesuatu yang mengejutkan sebenarnya, mengingat Jose Mourinho merupakan pelatih profesional. Dia tidak pernah menilai pemain dari kedekatan hubungan dengan dirinya, tidak menilai pemain yang sangat disegani fans, tidak menilai pemain yang dianggap sebagai bintang atau tidak menilai pemain yang sudah dilabeli sebagai legenda. Mourinho hanya menilai pemain yang memiliki kualitas bagus dan permainannya cocok dengan strategi yang diterapkannya. Lampard tampaknya sudah tidak lagi menjadi rencana di masa depannya bersama Chelsea.

Teringat jelas saat Mourinho membuat pengeran dan legenda Madrid, Raul Gonzalez terbuang dari Real Madrid, dan Iker Cassilas yang selalu menjadi pilihan utama sebagai kiper harus rela menghiasi bangku cadangan. Mereka merupakan simbol dan ikon Madrid namun karena permainan dan kualitasnnya tak sesuai dengan keinginan Mourinho mereka harus rela menepi dari tim yang benar-benar diinginkan Mourinho. Padahal kedua pemain tersebut merupakan pemain binaan asli Madrid dan berlabel pemain bintang dan legenda. Sedangkan Lampard bukan merupakan pemain asli binaan Chelsea, diapun juga tidak tumbuh besar dengan klub London tersebut, maka dengan gampangnya Mourinho mendepaknya.

Itulah Mourinho dan segala sensasi yang dibuatnya, tak ada yang dapat menarik hatinya kecuali permainan yang dinilainya sangat pantas menghiasi skuadnya. Pengabdian Lampard selama kurang lebih 13 tahun rasanya tidak berarti apa-apa baginya. Saat dia tak dibutuhkan, maka dia akan terbuang. Menyedihkan memang, namun Mourinho tidak akan meninggalkan kesan negatif saja pada dirinya, dia sempat memberikan harapan pada Lampard dan terutama fans Chelsea yang begitu mencintai Lampard. Mourinho menjanjikan nantinya Lampard akan kembali meskipun bukan lagi sebagai pemain namun menjadi staf pelatih Chelsea atau mungkin juga sebagai bos baru Chelsea. Sedikit ulasan percakapan Mourinho dan Frank Lampard kala mereka berbicara 4 mata mengenai karir Frank Lampard, dan ungkapan Mourinho tentang Lampard pada media.


"“It’s not the end of Frank’s career at Chelsea
it’s just a little break.
It’s the end of his career as a Chelsea player,
but he will be back for many,
many years because he’s one of the most important players in the club’s history"

"I think only he knows because we spoke not by phone,
in person but at the same time I can feel some happiness
about the process because for sure he comes back to Chelsea one day. For sure"

"Everybody wants it,
Mr Abramovich - the No.1, the most important person
wants very much Frank to be back
I want him to be back, the staff want him back, so he comes back for sure"

"Mr Abramovich has left the door completely open for him on the understanding Frank can do anything he wants at this club: 
he can try things, feel where he is better suited,
we can feel as a club where he can give us more,
but he can come back when he wants and,
to repeat Mr Abramovich’s words, the way he wants"

Itu hanya sebagian dari ungkapan Mourinho tentang kepergian Lampard, selengkapnya dapat dilihat di Jose Mourinho on Lampard - Mirror

Saya tidak berani menjamin kepada para pembaca bisa menahan air matanya, terutama bagi fans berat Lampard. Saya yang hanya sebagai pengagumnya saja terharu dan selalu kehilangan kendali untuk menahan air mata ketika membaca semua artikel Lampard setelah tanggal 3 Juni 2014 tepatnya saat Lampard dinyatakan bebas transfer.

Saya belum berani mengatakan bahwa saya adalah fans dari legenda hidup Chelsea dan Inggris ini, karena saya tidak terlalu tahu mengenai kehidupannya. Fans yang ada dalam pikiran saya adalah, fanatik dan mereka memiliki segala yang menyangkut idolanya. Terlebih saay idola itu bisa menghampiri negara tempatnya berada dengan sekuat tenaga mereka akan berusaha untuk meraih kesempatan tersebut. Saya belum sampai pada taraf tersebut, yah mungkin bisa dibatasi jika saya ini kagum atas sosok berdedikasi macam Lampard. Saat mendengar Chelsea akan datang Indonesia, begitu gembiranya seluruh lapisan penikmat sepakbola, terutama para fans Chelsea. Mereka berduyun-duyun datang ke Jakarta hanya untuk melihat idolanya tersebut. Terbersit niat dalam hati untuk berangkat, bukan untuk menyombongkan diri dari apa yang saya miliki. Tapi hanya dengan tiket untuk kelas ekonomi dan perjalanan yang semurah itu saya pastinya bisa berangkat, sebelum ada pengumuman resmi Chelsea akan mengunjungi Indonesia, saya memang telah dibiasakan menabung namun apalah daya, keinginan tersebut seolah lenyap mengingat kewajiban saya untuk menyelesaikan study lebih penting. Berharap akan adanya kemungkinan lain dari Tuhan ataupun rencana indahNya untukku dikemudian hari, yah aku percaya itu.

~TO BE CONTINUED...~

Minggu, 13 Juli 2014

The First European Champion in South American

Sajian seru dan menegangkan patut menggambarkan apa yang tersaji di Estadio Jornalista Mário Filho (Maracanã), Rio de Janeiro Brasil, yang menggelar partai puncak piala dunia 2014 antara Jerman dan Argentina. Tidak cukup untuk menentukan pemenang dalam kurun waktu 90 menit. Butuh extra time untuk mendapatkan juara sejati yaitu Jerman yang mengalahkan Argentina lewat gol tunggal pemain pengganti Mario Goetze.

Pict 1: Timnas Jerman juara Piala Dunia 2014
Sejatinya pertandingan final ini cukup membosankan, akibat permainan negative football yang diterapkan oleh Argentina. Mungkin hanya itu salah satu cara demi meredam permainan kolektif Jerman yang terbukti ampuh di laga-laga sebelumnya. Serangan Jerman tak kalah membosankan, karena terbentur tembok pertahanan dan jauh dari sasaran.

Kekurangan amunisi di sektor penyerangan, Argentina coba mengandalkan serangan balik memanfaatkan kelengahan lini pertahanan Jerman. Anak asuh Sabella sempat membuat publik Argentina bersorak atas gol Higuain, mereka terlarut dan ikut merayakan gol tersebut. Sayangnya sebelum gol itu terjadi, Higuain tertangkap offside terlebih dahulu. Hingga babak pertama usai skor kacamata masih menghiasi pertandingan yang dipimpin wasit asal Italia, Nicola Rizolli tersebut.

Di babak kedua kembali terjadi jual beli serangan, Argentina coba terus memberi tekanan dan beberapa kali sempat mengecoh Hummels namun mereka masih belum bisa menaklukkan Neuer. Kerasnya tensi pertandingan menimbulkan tragedi berdarah, dialami oleh Bastian Schweinsteiger kala berebut bola diudara dengan Aguero, beruntung gelandang Munchen tersebut masih bisa melanjutkan pertandingan.

Memasuki akhir menit 70 belum juga tercipta gol, kedua pelatih coba menerapkan strategi baru dan mengganti beberapa pemain. Palacio dan Gago di kubu Argentina dan Goetze menggantikan Klose di kubu Jerman. Pergantian tersebut nampaknya belum membuahkan hasil hingga 90 menit kedudukan masih tetap 0-0. Hasil ini memaksa pertandingan final PD edisi 20 memasuki babak esktra time.

André Schürrle yang tampil gemilang saat menggilas Brasil kembali unjuk gigi di pertandingan ini, namun sayang beberapa tembakannya masih belum menemui sasaran. Tempo pertandingan berjalan sangat lambat dan membosankan. Terlihat beberapa pemain kelelahan, mengakibatkan seringnya terjadi pelanggaran dan pertandingan tertunda. Ekstra time pertama Jerman dan Argentina belum juga bisa membuka skor.

Ekstra time kedua, Jerman mengambil inisiatif serangan dan ingin segera menuntaskan hasrat menjadi juara PD 2014. 8 menit berselang publik Argentina dibuat terdiam dengan gol cantik Goetze yang menerima umpan Schürrle. Sontak gol tersebut membuat pendukung Jerman berdiri dari kursi penonton dan bersorak. Tak ingin kalah, pemain Jerman yang setia duduk di bench juga terlihat merayakan gol tersebut.

Pict 2: Goetze merayakan golnya ke gawang Argentina
Merasa unggul, kini saatnya Jerman merapatkan barisan pertahanan mereka dari gempuran Messi dkk. Memasuki menit akhir ekstra time, seluruh penonton di stadion terhenyak akan pelanggaran terhadap Messi, dan menghasilkan tendangan bebas. Pemain Barcelona tersebut coba memberikan yang terbaik di kesempatan terakhir ini, sayang tendangan bebasnya melayang jauh di atas mistar gawang.

Tak ada waktu lagi bagi Argentina mengejar ketertinggalan Jerman yang unggul 1-0, mereka harus rela dua kali kalah dari Jerman di piala dunia. Selain keluar sebagai juara, piala dunia kali ini meniggalkan memori indah bagi Klose yang menyandang sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang gelaran PD. Pencapaian Jerman ini sekaligus menyamai rekor Italia dengan 4x juara Piala Dunia. Satu yang paling istimewa adalah Jerman merupakan tim pertama yang berhasil meraih juara di tanah Amerika Latin. Deutschland Ãœber Alles!!!

 ~END~

Final Pembuktian Kekuatan Eropa dan Amerika Latin

Puncak perhelatan piala dunia 2014 akan digelar di Estadio Jornalista Mário Filho (Maracanã), Rio de Janeiro, Rio de Janeiro antara Jerman menghadapi Argentina. Dua tim ini pernah saling bunuh pada 2 final PD yaitu pada tahun 1986 (Mexico) dan 1990 (Italia) dan mereka. Hasilnya Argentina berhasil meraih juara di Mexico tahun 1986 dan Jerman membalasnya 4 tahun berikutnya tahun1990 di Italia.

Menarik adalah, kala itu Jerman masih bernama Jerman Barat, dan belum sekalipun mereka meraih juara dengan nama Jerman. Inilah momentum Jerman untuk membuktikan kepada publik sepakbola tentang kekuatannya saat ini. Sedangkan Argentina ingin meneruskan tren positif mereka kala menjadi juata di tanah Amerika latin. 2x Argentina juara terjadi ditanahnya sendiri yaitu pada tahun 1978 dan di Mexico 8 tahun berselang.

Pict 1: Argentina dan Jerman pembuktian juara
Melihat peforma kedua tim dalam melewati semifinal, diatas kertas Jerman dijagokan menjadi juara. Mengingat kolektivitas permainan mereka yang sangat jauh berbeda dengan Argentina karena hanya mengandalkan individu berlabel bintang besar. Messi, Higuain, Angel di Maria, Sergio Aguero secara individu nama mereka terdengar mengerikan bagi lawan, namun saat bermain bersama belum sekalipun mereka menebarkan kengerian di benak lawannya.

Di Maria dan Messi masih bisa mendapatkan apresiasi, berkat gol Messi yang menentukan maka mereka bisa melaju hingga jauh ke final. Serta permainan apik Di Maria yang memanjakan pemain depan dengan umpan dan assistnya. Barisan pertahanan Argentina juga tidak bisa dianggap sepele, menginjak babak 8 besar mereka menunjukkan perubahan yang signifikan dan berhasil mempertahankan keperawanan gawangnya.

Kedua tim ini juga sudah mengerti karakter dari masing-masing pemain karena mereka sama-sama merumput di Eropa. Di Maria, Mascherano dan Messi yang merumput di Spanyol meskipun berbeda tim sudah tau betul karakter permainan Khedira di Madrid. Schurrle dan Ozil dua wakil Jerman yang merumput di Inggris ini tentunya sangat hafal dengan pergerakan dari Aguero. Beberapa pemain Jerman yang berlaga di Champions League tentunya sangat hapal dalam mematikan pergerakan Messi.

Pertandingan final ini tentunya sangat menjanjikan untuk sebuah pertunjukkan terbaik tahun ini, asalkan bisa menghasilkan pemenang dari hasil yang bersih. Semua ini juga tergantung kinerja wasit, dalam final ini akan diemban oleh Nicola Rizolli wasit yang terkenal tegas namun murah kartu asal Italia.

Seperti yang telah saya jabarkan di tulisan mengenai penalti, Jerman masih memiliki kesempatan besar untuk memenangkan penalti. Argentina pun demikian, mengingat final ini terjadi di Amerika Latin, daerah dimana Argentina selalu bisa juara kala menapaki final. Perntandingan terakhir PD 2014 ini akan disiarkan langsung ANTV 14 Juli 2014 jam 03.00 WIB.

~END

Belanda Kubur Impian Brasil

Perebutan juara 3 gelaran PD 2014 menyisakan cerita menarik bagi kedua tim yang berlaga yaitu Brasil dan Belanda. Meskipun apa yang mereka perebutkan ini bukanlah tujuan awal mereka. Brasil memiliki motivasi tinggi sebagai ganti kegagalan mereka ditangan Jerman, sedangkan Belanda sebagai tanda mata saat mereka kembali ke Eropa. Sayangnya harapan tuan rumah kembali terkubur saat Belanda berhasil menggilas Brasil dengan skor telak 3-0.

Tidak ada yang menyangka Belanda bisa memenangkan pertandingan sengan skor telak, banyak pihak juga yang menjagokan Brasil sebagai pemenang atas dasar faktor tuan rumah. Kemalangan Belanda terjadi dimenit awal, yaitu pada menit 3 saat Robben dilanggar oleh Silva. pelanggaran tersebut terjadi diluar kotak penalti, namun Robben menjatuhkan dirinya dalam kotak penalti dan akhirnya wasit menunjuk titik putih sebagai hukuman untuk Brasil. Eksekusi Robin van Persie sukses membawa Belanda unggul 1-0.

Pict 1: selebrasi Robin van Persie atas penaltinya ke gawang Brasil
Brasil tak patah semangat, mereka coba membangun serangan, kehilangan Neymar kini giliran Oscar mendapat kepercayaan di lini depan Brasil. Tidak ingin pulang dengan tangan hampa, Belanda menerapkan strategi bertahan yang cukup jitu demi menahan gempuran Brasil. Kedua tim ini menyuguhkan permainan terbuka yang cukup menghibur.

Malang bagi Brasil, terlalu asyik menyerang mereka kembali kebobolan di menit 16 kali ini giliran Blind yang mencatatkan namanya di papan skor. Brasil tak ingin tertinggal terlalu jauh, Oscar coba memanfaatkan kesempatan emas yang didapat, namun sayang tembakannya masih bisa diantisipasi Cillessen.

Hingga babak pertama usai tidak ada lagi gol yang tercipta dan Brasil unggul 2-0 atas tuan rumah Brasil. Memasuki babak kedua Scolari memasukkan Fernandinho untuk sedikit merubah strategi, jitu memang serangan Brasil mulai terarah. Mendapat kesempatan kembali, namun sayang tembakan keras Ramires tipis disisi gawang Cillessen. Percobaan tendangan bebas oleh David Luizpun juga masih bisa diamankan oleh kiper Ajax tersebut.

Brasil sejatinya mendapat kesempatan kala Oscar dijatuhkan di kotak penalti oleh Blind, namun wasit malah menganggap Oscar melakukan diving. Sial nasib Brasil kala itu, bukannya mendapat penalti malah kartu kuning harus diterima Oscar akibat tuduhan melakukan diving. Scolari coba mempertajam lini depannya dengan memasukkan Hulk, sayangnya malah Belanda yang kembali menciptakan gol pada injury time oleh Georginio Wijnaldum.

Gol Wijnaldum tersebut sekaligus menutup pesta gol Belanda dan memberikan luka mendalam bagi Brasil. Belandapun menutup laga dengan skor akhir 3-0. Hadiah yang cukup pantas bagi tim sekelas Belanda yang bermain cukup impresif sepanjang perhelatan PD 2014, dan rekor tersendiri bagi belanda karena belum sekalipun kalah dalam waktu normal dan ekstra time.

~END~


Sabtu, 12 Juli 2014

Peruntungan Tempat Ketiga

Tidak ada yang lebih baik daripada menjadi juara dalam sebuah turnamen akbar seperti piala dunia 2014. Namun tidak semua tim bisa mendapatkan anugerah tersebut, tim dengan kualitas terbaikpun belum tentu bisa menapaki juara. masih adafaktor lain yang dapat menentukan sebuah tim menjadi juara sesungguhnya, faktor mental dan juga keberuntungan bisa sangat menentukan.

Pict 1: Brasil dan Belanda akan memperebutkan posisi ketiga PD 2014
Saat semifinal, 2 tim yang berhasil menang akan menapaki final untuk memperebutkan title juara. 2 tim lainnya yang menderita kekalahan akan mendapatkan sedikit hiburandengan memperebutkan juara ketiga. Dalam hal ini dua tim yang dimaksud adalah Brasil yang menderita luka mendalam akibat digilas 7-1 oleh Jerman, dan juga spesialis tim "hampir juara" Belanda.

Juara 3 bukanlah suatu yang menarik bagi keduanya, namun sebagai penutupan manis dalam sebuah turnamen keduanya tetap menjaga gengsi untuk meraih kemenangan. 2 tim ini memiliki visi sama untuk menang, namun berbeda alasan. Brasil sebagai tuan rumah tak ingin kembali dipermalukan didepan pendukungnya sendiri, sedangkan Belanda tidak ingin pulang ke negaranya hanya dengan tangan hampa.

Meskipun nantinya Brasil masih kekurangan amunisi dengan ketidakhadiran Neymar, namun mereka patut bersyukur karena Thiago Silva sudah bisa merumput. di kubu Belanda tidak ada masalah berarti dalam skuadnya, mereka bisa tampil dengan kekuatan penuh di laga terakhirnya pada PD 2014.

Banyak pihak yang memprediksikan keduanya ini akan bertemu pada partai final perebutan juara bukan perebutan tempat ketiga. Namun apa daya, keberuntungan berkata lain dan mereka harus bertemu posisi terbaik terakhir di PD 2014. Menarik disaksikan laga panas tim haus gelar yang akan digelar di Stadion Nasional de Brasilia ini akan disiarkan langsung oleh ANTV 13 Juli 2014 jam 03.00

~END~

Tragedi 2nd Penalti dalam Satu Turnamen

Penalti bukanlah hal asing lagi didunia sepakbola, dalam sebuah liga penalti hanya sebagai pelengkap. Merujuk pada pertandingan yang tidak menimbulkan masalah jika akhir dari pertandingan adalah seri, karena kebutuhan dalam liga merupakan konsistensi tim untuk menjaga performa tetap baik dari awal hingga akhir musim. Berbeda dengan sebuah turnamen, terutama ketika telah menginjak pada babak 16 besar. Babak adu penalti merupakan jalan satu-satunya untuk mendapatkan pemenang, jika kedua tim bermain imbang dalam 90 menit dan babak ekstra time.

Masih seputar topik yang banyak diperbincangkan oleh banyak pihak pecinta sepakbola, saya yakin betul orang yang tidak mengerti soal bola saja akan tetap membicarakan ini, yap Piala Dunia. Event 4 tahunan ini selalu menarik untuk dibahas, dalam gelaran PD 2014, telah terjadi 4 kali babak adu penalty mulai dari babak 16 besar hingga semifinal.

Pict 1: Tim yang merayakan kemenangan adu penalti
Brasil dan Chile mengawali babak adu penalti dalam turnamen ini tepatnya di 16 besar, dan Brasil keluar sebagai pemenang. Masih di 16 besar, Kosta Rika dan Yunani juga turut meramaikan ajang ini dan menentukan pemenang melalui babak adu penalty, Kosta Rika lolos ke babak selanjutnya.

Menginjak 8 besar, Kosta Rika kembali menunjukkan kehebatannya dengan menahan imbang tim besar yaitu Belanda, lagapun harus dilanjutkan hingga babak adu penalty. Kini giliran Kosta Rika yang harus angkat kaki, karena Belanda sukses mempecundangi wakil Amerika Latin tersebut. Babak semifinal juga tak lepas dari penalty, masih dengan aktor yang sama, Belanda melawan Argentina. Bermain 0-0 tak membuat salah satu dari mereka keluar sebagai pemenang, penalti menjadi jalan keluar, saatnya Argentina yang berpesta telah mengalahkan Belanda.

Dari 4 penalti diatas ada yang menggelitik hati saya, dan itu merujuk pada satu tim yang melakukan penalti dalam satu turnamen. Pada babak adu penalti yang kedua untuk satu tim yang sama, mereka gagal melewatinya dan harus mengakhiri babak penalti tersebut dengan kekalahan.Kosta Rika dan Belanda adalah korban dari mitos yang saya ungkapkan. Sukses di babak adu penalti pertama namun mereka gagal mengulang kesuksesan di kesempatan yang kedua.

Kekalahan Kosta Rika masih mendapat sambutan positif dari masyarkat dunia, sedangkan Belanda, kembali menjadi cemoohan. mereka dianggap sebagai tim kuat tidak pernah juara atau kata remaja masa kini adalah tim spesialis PHP, bermain impresif tapi selalu KO saat perebutan juara. Banyak juga pihak yang menilai bahwa ini kesalahan van Gaal karena tidak memasukkan Tim Krul, kiper yang sukses melakukan tugas di babak penalti melawan Kosta Rika.

Satu yang patut diingat, saat itu Belanda sudah kehabisan kesempatan untuk mengganti pemain, telah terjadi 3 pergantian pemain. van Gaal juga merasa percaya diri akan menyelesaikan laga tanpa adanya adu penalti, terbukti dengan ditariknya Robin van Persie digantikan oleh Huntelaar yang di laga sebelumnya sukses menjadi supersub. Dan keberhasilan Krul juga belum tentu bisa diulang saat menghadapi Argentina.

Motivasi awal Krul saat belum dimainkan adalah hanya ingin dipasang meskipun satu kali itu bukanlah masalah dan dia akan tampil maksimal. Ketika hal tersebut sudah terpenuhi, saya tidak yakin penampilan keduanya akan seimpresif yang pertama. Hal itu dikarenakan, motivasinya dalam turnamen tersebut sudah dipenuhi. Cillessen, memang tidak memiliki sejarah bagus dalam penalti, satu kalipun dia belum pernah melakukan blok untuk penalti. namun bukan berarti dia lebih buruk dari Krul. Terlihat saat memasuki ekstra time, wajah Cillessen menyiratkan kegugupan yang luar biasa. Mungkin kegugupan akan berakhirnya pertandingan itu dengan penalti, dan benar saja saat itu terjadi kiper Ajax ini tidak mampu berbuat banyak untuk timnya.

Kegagalan dalam penalti kedua bisa juga karena euforia yang terlalu besar, mereka seolah berpikir bisa dengan mudah menaklukkan penalti lagi nyatanya banyak tim yang gagal melakukannya. Seperti yang terjadi juga kepada Bayer Muenchen di tahun 2012. Saat semifinal mereka berhasil mengalahkan tim sekelas Madrid dalam adu penalti, dan saat final bertemu Chelsea, diatas kertas dengan mudah mereka dapat mengalahkan tim asuhan Roberto di Matteo kala itu meskipun harus penalti. Namun nyatanya mereka gagal mengulang kesuksesan.

Jika mitos ini dijadikan sebagai acuan dalam sebuah turnamen, maka saat pertemuan Argentina dan Jerman di final Piala Dunia 2014 mendatang tidaklah sulit menentukan siapa pemenangnya. Jika berakhir penalti, Jerman bisa saja menang dalam babak ini, mengingat belum satupun laga piala dunia yang dilalui Jerman berakhir dengan penalti. Tapi jika pertarungan hanya dalam kurun waktu 90 menit atau bahkan ekstra time, semua masih bisa berubah.

~END~


Jumat, 11 Juli 2014

Unlucky Holland

Kesialan kembali menghampiri kubu Belanda dalam menapaki tangga juara Piala Dunia 2014. Seperti yang telah diprediksikan para pengamat bola sebelumnya, meskipun Belanda tampil impresif namun soal mental anak asuh Louis van Gaal ini masih dibawah standart. Mereka seakan kesulitan menggapai juara, setelah ditahun 2010 mereka kalah di final oleh Spanyol, kini giliran Argentina menyingkirkan mereka lebih awal yaitu pada semifinal dalam babak adu penalty.

Pict 1: Robben (kiri) dan Messi (kanan)
Dalam pertandingan yang terjadi selama 90 menit, permainan keduanya tidak cukup menghibur. Seolah terbersit dalam benak pemain Belanda jika nantinya laga tersebut akan berakhir dengan adu penalty. Sangat membosankan lebih tepatnya, serangan yang di bangun Robben dkk, selalu mentok dan tidak menemukan sasaran akibat rapatnya barisan pertahanan Argentina.

Sedangkan Argentina sendiri kehilangan kreator serangan yang selama ini tugas tersebut diemban oleh Angel Di Maria. Gelandang Madrid itu harus menepi akibat cedera yang dia dapatkan saat Argentina menghadapi Belgia di 8 besar piala dunia. Sosok Messi lagi-lagi mendapat sorotan, semua bola yang dikuasai Argentina akan ditujukan padanya.

Hal ini tidak terlalu efektif, mengingat setiap lawan sudah hapal permainan Argentina dan dengan mudahnya mereka menghentikan pergerakan Messi. Memasuki babak kedua. kedua tim coba mengganti pemain demi mengubah strategi permainan. Hingga babak normal yang berjalan selama 90 menit usai belum juga tercipta gol dari kedua kubu. Lagapun dilanjutkan dengan ekstra time.

Dalam babak ini masing-masing tim melakukan pergantian pemain, pada menit 96 Belanda menarik keluar Robin van Persie dan menggantinya dengan Huntelaar. Sedangkan Argentina memasukkan Maxi Rodriguez untuk mengganti Lavezzi. Ini merupakan pergantian pemain yang terakhir untuk kedua tim. Pergantian tersebut nampaknya tidak mengubah keadaan, skorpun tetap 0-0.

Pict 2: Huntelaar coba ubah strategi di ekstra time
Jalan satu-satunya untuk mendapatkan seorang pemenang adalah dengan adu penalty. Pergantian pemain yang hanya terbatas sebanyak 3kali, maka van Gaal tidak bisa melakukan gambling lagi dengan memasukkan Tim Krul menggantikan Jasper Cillessen.

Adu penaltypun dimulai Belanda mengawali babak ini dengan buruk, Vlar sebagai penendang pertama gagal mengeksekusi bola, sedangkan kubu Argentina dengan eksekutor pertama Messi sukses membobol gawang kiper Amsterdam tersebut. Percobaan kedua, Belanda dan Argentina yang diwakili Robben dan Garay sukses menceploskan bola. percobaan ketiga, lagi-lagi Belanda gagal, kali ini giliran Sneijder. Argentina semakin menjauh saat eksekutor ketiganya Aguero sukses mengelabuhi Cillesen. Percobaan keempat, Dirk Kuyt menumbuhkan asa lagi bagi fans Jerman saat tendangannya tak mampu dibendung Romero. Asa tersebut kembali sirna dan benar-benar terhapus saat Maxi Rodriguez yang menjadi algojo terakhir memastikan kemenangan Argentina 4-2.

Kemenangan ini mengantarkan Argentina ke final dan akan menghadapi raksasa Eropa, Jerman. Pertemuan keduanya mengingatkan kembali kepada para pecinta sepakbola bagaimana ketatnya persaingan diantara mereka. Saat masih bernama Jerman Barat, mereka harus rela berada di posisi kedua dalam gelaran PD 1986. 4 tahun berselang mereka kembali bertemu dipartai puncak dan saatnya Jerman Barat yang berkuasa. Di tahun 2014 mereka kembali dipertemukan. Akankah Jerman menambah koleksi trophy piala dunia keempatnya atau malah Argentina yang menyusul perolehan trophy Jerman.

~END~