Sabtu, 30 April 2016

Scandal in Belgravia (Sherlock BBC Version – S02E01)

Title : Scandal in Belgravia
Director : Paul McGuigan
Cast : Benedict Cumberbatch, Martin Freeman, Mark Gatiss, Lara Pulver, Una Stubbs, Rupert Graves, Andrew Scott, Louise Brealey
Rating IMDb : 9.5/10
Duration : 89 minutes
Genre : Crime, Drama, Mystery
Country : UK

 
Pic 1 : Sherlock Holmes & Irene Adler
Pertama kali nge-post di blog soal film dan coba menghilangkan kesan kaku dari bahasa yang biasa saya pakai kalo nge-post soal sepakbola. Jika tetap ada bahasa yang terkesan kaku ditengahnya, yaudah sih berarti itu khasnya saya. Dan saya peringatkan review film ini juga terdapat spoiler, jadi buat kalian yang belum nonton (saya yakin sudah semua) dan gak pengen rasa penasarannya hilang mending gak usah baca lanjutannya.

Saya tidak akan membandingkan cara berperan antara Sherlock Holmes movie vs Sherlock Holme BBC yaitu Robert Downey Jr vs Benedict Cumberbatch maupun Irene Adler yaitu Rachel McAdams vs Lara Pulver. Karena karakter mereka mempunyai ciri khas masing-masing yang melekat di benak penggemar.

Oke, film pertama yang akan saya review adalah Scandal in Belgravia yang disutradarai oleh Paul McGuigan. Ini adalah episode pertama dari seri kedua Sherlock Holmes versi BBC. Bagi penikmat film detektif melihat ketegangan dalam penyelesaian kasus sepanjang tayangan ini tidaklah terlihat istimewa. Namun bagi saya yang sangat istimewa disini adalah interaksi antara Sherlock dan wanita kriminal yang diam-diam mencuri hati si detektif, yap Irene Adler.

Di seri sebelumnya Sherlock dikenal sebagai pribadi yang cukup menyebalkan, karena beberapa untaian kalimat yang keluar dari mulutnya selalu membuat kuping lawan bicaranya panas, John Watson telah membuktikannya. Di seri ini Watson sepertinya berada pada puncak kekesalan, dan melampiaskannya. Saat Sherlock memintanya untuk memukul wajah (caper dia mau ketemu sama Irene Adler), tanpa diminta untuk kedua kalinya, Watson langsung menyarangkan pukulan di wajah Sherlock.

Bosan melihat wajah detektif yang begitu datar, coba lihat ekspresinya di episode ini. Wajah terkejutnya saat bertemu Irene Adler pertama kali, that is priceless antara campuran kaget, bingung, mau berhenti akting, sama setengah nafsu. Yah, karena Adler memakai pakaian perangnya di hadapan Sherlock yaitu, telanjang. Masih di scene dengan latar yang sama yaitu kediaman Adler, wajah “tidak terima” Sherlock terlihat saat dirinya dikalahkan Adler hanya dengan sebuah suntikan.

Pic 2 : Irene Adler saat bertemu Sherlock pertama kali
Beranjak ke scene dengan sedikit rasa sentimentil, scene dengan sedikit emosi akibat percikan gairah cinta antara Sherlock dan Adler. Dimana Adler memalsukan kematiannya dan Sherlock seolah mempercayai kebohongan tersebut sebagai sebuah kebenaran. Kesedihan akan kehilangan sesorang begitu tersirat di wajahnya saat Mycroft (kakak Sherlock Holmes) mulai menawarkan sebatang rokok dihadapannya.

Wajah yang dinanti semua penggemar yaitu P E N A S A R A N mulai tampak saat Sherlock memutar otak untuk menemukan password pembuka camera phone milik Adler yang dititipkan pada Sherlock di malam natal. Sherlock hanya memiliki 4 kesempatan. Di kesempatan pertama kode yang dimasukkan 1895, kode tersebut merupakan angka yang tertera di bloh Watson sebagai jumlah viewer. Sherlock merasa angka tersebut sengaja dibuat oleh seseorang sebagai clue, karena jumlah viewer blog yang tiba-tiba berhenti namun nyatanya semua prediksinya salah.

Percobaan kedua adalah saat Sherlock mencoba untuk melihat komponen yang dalam camera phone tersebut dengan melakukan scanning. Dia teringat jika barang tersebut dikirim di flatnya dengan nomor yang tertera di pintu (nomor legendaris) yaitu 221B, namun nyatanya masih salah.

Percobaan ketiga dan ini menjadi scene favorit saya adalah saat bersama Adler, karena keduanya seperti unjuk kebolehan dalam memamerkan kepintarannya. Jargon yang selalu diulang dalam episode ini yaitu “Brainy is the new sexy”. Oh ya Adler kembali muncul dihadapan Sherlock setelah dia ketahuan bahwa dia hanya memalsukan kematiannya. Sherlock memberikan camera phone tersebut pada Adler dan Adlerpun mulai memasukkan kode pembuka, teeeeet kodenya salah. Sherlock pun mengeluarkan camera phone yang asli dan memasukkan kode yang telah dimasukkan oleh Adler (Sherlock ngamatin gerak tangannya Adler doang padahal, tapi dia mah tau Adler mencet tombol mana aja. Sakti mah dia). Namun nyatanya, Adler lebih pintar karena hafal dengan barang miliknya, Adler telah mengetahui bahwa camera phone pertama yang diberikan Sherlock padanya adalah palsu.

Watson yang menyaksikan romansa tersebut seakan muak dan menginterupsi dengan kata “Hamish”. Dua orang yang memiliki IQ diatas rata-rata ini tentunya bingung, dengan perkataan Watson, saat tau apa artinya mereka coba berkelit.

Dan pada akhirnya Sherlock tetap keluar sebagai pemenang (yaiyalah, dia kan pemeran utamanya) setelah Adler coba meremehkan kemampuannya di hadapan Mycroft. Sherlock sadar betul jika Adler begitu menyukai sesuatu hal yang sangat pribadi untuk dijadikan kode pengaman, dan karena camera phone ini dianggap sebagai hidupnya oleh Adler maka dengan mudah Sherlock memecahkan misteri tersebut. Mengingat beberapa waktu yang telah mereka habiskan bersama, Sherlock tau bahwa Adler memiliki ketertarikan berlebih pada dirinya, terbukti saat pupil mata Adler melebar kala berhadapan dengan Sherlock, dan nadi yang berdenyut dua kali lebih cepat saat mereka melakukan skinship. Akhirnya diketahuilah passwordnya adalah I AM SHER LOCKED (yang saya garis bawahi itu yah kodenya).

Pic 3 : Kode pengaman camera phone milik Irene Adler
Namun masalah utama yang dihadapi Sherlock bukan tentang mecahin kode keamanan/password camera phone-nya Adler aja, masih ada yang lebih berat. Nah kalo kalian penasaran (buat yang belum nonton), coba deh langsung ikutin serialnya. Sekalian cari tahu gimana kelanjutan hubungan asmara antara Sherlock Holmes “detective with the funny hat” sama Irene Adler “The Woman – the Dominatrix”. Terutama yang episode ini, karena kalian bakal nemuin sesuatu yang berbeda dari Sherlock Holmes yang biasanya.
~END~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar