Selasa, 17 Juni 2014

Wanita, Tentang Sepakbola



Pernah denger istilah kalo sepakbola itu merakyat? Kalimat ini nampaknya benar menggambarkan mengenai perkembangan sepakbola masa kini. Tidak memandang umur, perbedaan jenis kelamin, maupun status sosial seseorang. Hampir keseluruhan masyarakat dunia tau benar apa itu sepakbola. Tapi disini saya bakal ngebahas mengenai sepakbola dimata seorang wanita.

Wanita merupakan makhluk Tuhan yang memiliki fokus bercabang, dari sini pasti udah ngerti kemana arah pembicaraannya. Saat seorang wanita melihat dan “menikmati” sepakbola (ingat menikmatinya tanda kutip :D), bukan hanya pertandingan antara siapa melawan siapa saja fokusnya, atau berapa skor akhirnya.

Hal yang paling sering didengar dari mulut wanita saat nonton bola adalah “Itu nomor 8 (merujuk Lampard) siapa? Gantengnya kebangetan”. Kagum terhadap seorang pemain nampaknya hal yang sangat wajar, tapi jika sudah merembet ke pinggir lapangan seperti  memperhatikan wasit maupun pelatih, masih lumayan bisa diterima akal sehatlah. Parahnya ada yang fokus kepada salah satu fans atau penonton yang gak sengaja ke shoot kamera TV. Entah itu pas lagi ngupil, selebrasi gol, lagi teriak-teriak gajelas, lagi ngowoh (melamun dalam bahasa Indonesia), atau ketangkep kamera pas kepleset mau jatoh dan hal lucu lainnya.

Sedikit wanita yang benar-benar nonton sepakbola dan menikmati setiap pertandingan tanpa embel-embel fokus pinggir lapangan. Sedikit pula wanita yang mengetahui seluk beluk sepakbola, bukan hanya mengikuti trend sebagai fans bola karbitan. Sorry to say yah, zaman sekarang wanita yang suka sama tim yang lagi sering banget panen trophy, bisa dipastikan ¾ dari koloni mereka adalah “karbitan”.

Urusan sepakbola, bicara dengan kaum pria memanglah asyik, mereka selalu mempunyai waktu untuk berbicara meskipun terkadang saling melontarkan ejekan karena beda kelompok fans. Tetapi ketika pembicaraan itu dengan sesama wanita? tidak semuanya bisa semenarik ketika berbincang dengan kawan pria. Namun saya punya seorang “partner” mengenai hal ini, kami hampir seiman, dalam artian klub idola kita sama yaitu Chelsea di Inggris. Beda Negara beda juga klub idola, Saat di Italia kita berseberangan, dia merupakan juventini sedang saya milanisti. Uniknya kita saling menitipkan dambaan hati masing-masing. Dia juventini yang sedikit lagi meresmikan pertunangan dengan De Sciglio. Sedangkan saya seorang milanisti yang mencoba bertahan LDR dengan Leonardo Bonucci. Bagaimana dengan Spanyol, partner saya ini adalah madridista (bener gak sih tulisannya?), sedangkan saya Barcelona haters pada akhirnya dia menerima saya bergabung di Spanyol.

Bukan hanya urusan sepakbola, dalam cabang olahraga lain kami pun juga hampir seiman. MotoGP contohnya, betapa kami sangat mengagumi sosok Marc Marquez dan Pedrosa haters. Basket NBA, kami hanya tau satu nama Ricky Rubio. Oke kembali ke masalah sepakbola, percaya atau tidak hampir setiap hari tentunya ketika diantara kami sedang tidak ada kesibukan (banyak free-nya sih daripada sibuk) line chat akan penuh, twitterpun demikian. Terlebih saat ini ketika datanglah momen Piala Dunia, dalam hal ini kami punya jagoan yang sama pula Italia, Jerman, Inggris mungkin hanya berbeda urutan prioritas dalam hati kami.

Pembicaraan terhangat kami adalah ketika bertemunya Italia dan Inggris pada laga 32 besar PD 2014, tanggal 15 kemarin. Meskipun prioritas jagoan kami berbeda tapi akhir pertandingan Alhamdulillah kita masih rukun. Penilaiaan sedikit saling tumpang tindih, Italia lebih unggul daripada Inggris. Namun permainan Inggris dengan adanya pemain muda sudah cukup berpotensi, hanya mereka harusnya menigkatkan mental. Obrolan kita terpaku pada seorang maestro yang ikut bermain selama 90 menit dari kubu Italia, yap ANDREA PIRLO. Sosok ini begitu sentral dan menjadi pengaruh penting bagi Italia untuk memenangkan laga tersebut. Cukup berbobot buka, meskipun hanya sedikit porsi tema mengenai teknik. Tema selanutnya adalah “Darmian ganteng pek, fix aku ngefans arek iki” “Nonton gak pas kepalanya Perin ditepok? Pas lagi ngerayain golnya Marchisio” “Ya Allah Lallana ganteng banget” “Duh sayang banget Lampard sama Bonucciku gak main lho” hahaha :D
Pict 1: Para pemain Inggris berpose untuk GQ Magazine (dua dari kiri itu LAMPARD)

Berbeda dengan sahabat saya, saat PD seperti ini jagoan dia hanyalah JERMAN, simple alasannya adalah Ayahnya merupakan orang penting dalam jajaran kepemimpinan Allianz. Tau kan asuransi jiwa yang terkenal ini? Asalnya kan dari Jerman, tak terhitung berapa kali Ayah sahabat ini berkunjung kesana. Merasa dia bisa hidup karena Allianz, maka dengan segenap jiwa dia membela klub yang menjadi finalis pada PD 2002 ini. Saking totalnya, dia ngadain nobar semalem dirumahnya, tentunya dengan memberi sedikit bumbu agar seru, tak usah disebutkan bumbu apa yang saya maksud. Intinya bumbu sebagai pelengkap maupun penyedap pada masakan bernama sepakbola. Untungnya dia gak tekor karena Jerman berhasil mengalahkan Portugal dengan skor telak lak lak lak 4-0 nying, Muller kan lagi oke-okenya semalem sampai 3 gol. Karena kenormalannya, pada tengah pertandingan dia juga membicarakan ketampanan pemain Jerman, masih belum ada pengganti rupanya idola yang paling diagungkan adalah Miroslav Klose.

Itu masih dua contoh dari sekian banyak wanita yang berbicara mengenai sepakbola, masih banyak yang lainnya. Nah bagaimana dengan, kamu? Iya kamu, kamu yang baca blog aku (emang ada pembacanya?) *tiba-tiba tertidur pulas*

~END~


Tidak ada komentar:

Posting Komentar