Pernah denger istilah kalo sepakbola itu
merakyat? Kalimat ini nampaknya benar menggambarkan mengenai perkembangan
sepakbola masa kini. Tidak memandang umur, perbedaan jenis kelamin, maupun
status sosial seseorang. Hampir keseluruhan masyarakat dunia tau benar apa itu
sepakbola. Tapi disini saya bakal ngebahas mengenai sepakbola dimata seorang
wanita.
Wanita merupakan makhluk Tuhan yang memiliki
fokus bercabang, dari sini pasti udah ngerti kemana arah pembicaraannya. Saat seorang
wanita melihat dan “menikmati” sepakbola (ingat menikmatinya tanda kutip :D),
bukan hanya pertandingan antara siapa melawan siapa saja fokusnya, atau berapa
skor akhirnya.
Hal yang paling sering didengar dari mulut
wanita saat nonton bola adalah “Itu nomor 8 (merujuk Lampard) siapa? Gantengnya
kebangetan”. Kagum terhadap seorang pemain nampaknya hal yang sangat wajar,
tapi jika sudah merembet ke pinggir lapangan seperti memperhatikan wasit maupun pelatih, masih
lumayan bisa diterima akal sehatlah. Parahnya ada yang fokus kepada salah satu
fans atau penonton yang gak sengaja ke shoot kamera TV. Entah itu pas lagi
ngupil, selebrasi gol, lagi teriak-teriak gajelas, lagi ngowoh (melamun dalam
bahasa Indonesia), atau ketangkep kamera pas kepleset mau jatoh dan hal lucu
lainnya.
Sedikit wanita yang benar-benar nonton
sepakbola dan menikmati setiap pertandingan tanpa embel-embel fokus pinggir
lapangan. Sedikit pula wanita yang mengetahui seluk beluk sepakbola, bukan
hanya mengikuti trend sebagai fans bola karbitan. Sorry to say yah, zaman
sekarang wanita yang suka sama tim yang lagi sering banget panen trophy, bisa
dipastikan ¾ dari koloni mereka adalah “karbitan”.
Urusan sepakbola, bicara dengan kaum pria
memanglah asyik, mereka selalu mempunyai waktu untuk berbicara meskipun
terkadang saling melontarkan ejekan karena beda kelompok fans. Tetapi ketika
pembicaraan itu dengan sesama wanita? tidak semuanya bisa semenarik ketika berbincang dengan kawan pria. Namun saya punya seorang “partner” mengenai
hal ini, kami hampir seiman, dalam artian klub idola kita sama yaitu Chelsea di
Inggris. Beda Negara beda juga klub idola, Saat di Italia kita berseberangan,
dia merupakan juventini sedang saya milanisti. Uniknya kita saling menitipkan
dambaan hati masing-masing. Dia juventini yang sedikit lagi meresmikan
pertunangan dengan De Sciglio. Sedangkan saya seorang milanisti yang mencoba
bertahan LDR dengan Leonardo Bonucci. Bagaimana dengan Spanyol, partner saya
ini adalah madridista (bener gak sih tulisannya?), sedangkan saya Barcelona
haters pada akhirnya dia menerima saya bergabung di Spanyol.
Bukan hanya urusan sepakbola, dalam cabang
olahraga lain kami pun juga hampir seiman. MotoGP contohnya, betapa kami sangat
mengagumi sosok Marc Marquez dan Pedrosa haters. Basket NBA, kami hanya tau
satu nama Ricky Rubio. Oke kembali ke masalah sepakbola, percaya atau tidak hampir
setiap hari tentunya ketika diantara kami sedang tidak ada kesibukan (banyak
free-nya sih daripada sibuk) line chat akan penuh, twitterpun demikian.
Terlebih saat ini ketika datanglah momen Piala Dunia, dalam hal ini kami punya
jagoan yang sama pula Italia, Jerman, Inggris mungkin hanya berbeda urutan
prioritas dalam hati kami.
Pembicaraan terhangat kami adalah ketika
bertemunya Italia dan Inggris pada laga 32 besar PD 2014, tanggal 15 kemarin.
Meskipun prioritas jagoan kami berbeda tapi akhir pertandingan Alhamdulillah
kita masih rukun. Penilaiaan sedikit saling tumpang tindih, Italia lebih unggul
daripada Inggris. Namun permainan Inggris dengan adanya pemain muda sudah cukup
berpotensi, hanya mereka harusnya menigkatkan mental. Obrolan kita terpaku pada
seorang maestro yang ikut bermain selama 90 menit dari kubu Italia, yap ANDREA
PIRLO. Sosok ini begitu sentral dan menjadi pengaruh penting bagi Italia untuk
memenangkan laga tersebut. Cukup berbobot buka, meskipun hanya sedikit porsi
tema mengenai teknik. Tema selanutnya adalah “Darmian ganteng pek, fix aku
ngefans arek iki” “Nonton gak pas kepalanya Perin ditepok? Pas lagi ngerayain golnya
Marchisio” “Ya Allah Lallana ganteng banget” “Duh sayang banget Lampard sama
Bonucciku gak main lho” hahaha :D
Berbeda dengan sahabat saya, saat PD seperti
ini jagoan dia hanyalah JERMAN, simple alasannya adalah Ayahnya merupakan orang
penting dalam jajaran kepemimpinan Allianz. Tau kan asuransi jiwa yang terkenal
ini? Asalnya kan dari Jerman, tak terhitung berapa kali Ayah sahabat ini
berkunjung kesana. Merasa dia bisa hidup karena Allianz, maka dengan segenap
jiwa dia membela klub yang menjadi finalis pada PD 2002 ini. Saking totalnya,
dia ngadain nobar semalem dirumahnya, tentunya dengan memberi sedikit bumbu agar
seru, tak usah disebutkan bumbu apa yang saya maksud. Intinya bumbu sebagai
pelengkap maupun penyedap pada masakan bernama sepakbola. Untungnya dia gak
tekor karena Jerman berhasil mengalahkan Portugal dengan skor telak lak lak lak
4-0 nying, Muller kan lagi oke-okenya semalem sampai 3 gol. Karena
kenormalannya, pada tengah pertandingan dia juga membicarakan ketampanan pemain
Jerman, masih belum ada pengganti rupanya idola yang paling diagungkan adalah
Miroslav Klose.
Itu masih dua contoh dari sekian banyak wanita
yang berbicara mengenai sepakbola, masih banyak yang lainnya. Nah bagaimana
dengan, kamu? Iya kamu, kamu yang baca blog aku (emang ada pembacanya?) *tiba-tiba
tertidur pulas*
~END~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar